Tanggal 18 April Hari Apa? Ada Perayaan Jumat Agung

Tanggal 18 April Hari Apa? Ada Perayaan Jumat Agung

Irma Budiarti - detikJatim
Kamis, 17 Apr 2025 14:05 WIB
Ilustrasi kalender
ILUSTRASI KALENDER. Foto: Vladimir Sukhachev/Getty Images/iStockphoto
Surabaya -

Tanggal 18 April 2025 jatuh pada hari Jumat, dan bagi umat Kristiani, ini bukan sekadar akhir pekan biasa. Tanggal tersebut diperingati sebagai Jumat Agung, salah satu hari besar dalam kalender liturgi gereja yang penuh makna.

Jumat Agung adalah momen suci untuk mengenang wafatnya Yesus Kristus di kayu salib, sebagai simbol pengorbanan dan kasih yang besar bagi umat manusia. Perayaan ini biasanya dilakukan dengan ibadah yang lebih khidmat dan hening, penuh refleksi serta doa.

Tak jarang, sejumlah instansi dan sekolah juga menetapkan hari libur nasional pada Jumat Agung, sebagai bentuk penghormatan terhadap kepercayaan umat Kristiani. Lantas, selain Jumat Agung, 18 April 2025 memperingati hari apa saja?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanggal 18 April Hari Apa?

Tanggal 18 April 2025 tidak hanya sekadar hari biasa. Pada hari ini, sejumlah peringatan penting akan diselenggarakan, termasuk perayaan Jumat Agung yang jatuh pada hari Jumat. Berikut berbagai peringatan yang jatuh pada tanggal tersebut, dan maknanya masing-masing, seperti dilansir dari National Today.

1. Jumat Agung

Jumat Agung memperingati wafatnya Yesus di Kalvari, tempat di luar tembok Yerusalem tempat Yesus disalibkan. Hari itu jatuh pada hari Jumat sebelum Paskah, pada tahun 2025, bertepatan dengan 18 April 2025.

ADVERTISEMENT

Jumat Agung merupakan hari suci bagi anggota agama Katolik, Ortodoks Timur, dan Lutheran. Pada hari ini, umat berpuasa dan menghadiri kebaktian gereja. Namun, ada lebih banyak hal dalam hari raya ini selain ritual keagamaan, yaitu hari doa dan pengabdian.

Sejarah Jumat Agung

Jumat Agung adalah hari suci dalam tradisi Kristen yang diperingati untuk mengenang penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus di Bukit Kalvari. Perayaan ini berlangsung pada hari Jumat sebelum Minggu Paskah dan menjadi bagian penting dari Trihari Suci dalam Pekan Suci.

Di berbagai belahan dunia, hari ini dikenal dengan berbagai sebutan seperti Good Friday, Jumat Suci, atau Jumat Hitam, dan menjadi hari libur nasional di banyak negara, terutama yang menganut tradisi Katolik dan Anglikan.

Asal-usul perayaan Jumat Agung tidak tercatat secara pasti, namun tradisinya sudah berlangsung sejak abad ke-4. Praktik puasa dan pembatasan diri sebagai bentuk perenungan atas kematian Yesus telah menjadi bagian dari ibadah umat Kristen sejak masa awal gereja.

Hingga kini, hari ini dirayakan dengan penuh khidmat, sering kali melalui ibadah, doa, dan prosesi yang menggambarkan jalan salib. Sementara itu, asal-muasal penamaan Jumat Agung juga belum diketahui secara pasti.

Beberapa teori menyebut bahwa istilah ini mungkin berasal dari Jumat Tuhan (God's Friday), yang kemudian berevolusi menjadi Good Friday. Ada pula yang percaya bahwa "baik" merujuk pada makna spiritual dari pengorbanan Yesus, yang dianggap sebagai kemenangan atas dosa dan kematian.

Yesus Kristus mengorbankan hidupnya demi kasih kepada umat manusia. Penyaliban-Nya merupakan pengorbanan tertinggi, dan meskipun merupakan peristiwa yang menyakitkan dan kelam, kematian-Nya membuka jalan bagi penebusan dan keselamatan. Kebangkitan-Nya dua hari kemudian menjadi inti dari iman Kristen.

Jika menelusuri garis waktunya, diperkirakan Yesus lahir di Betlehem antara tahun 6 hingga 4 SM. Sekitar tahun 27 M, Ia mengalami peristiwa transfigurasi, di mana wajah dan tubuh-Nya bersinar saat berdoa di atas gunung, menandai kemuliaan ilahi-Nya.

Dua tahun kemudian, Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan, yang menjadi awal pelayanan-Nya secara terbuka. Hingga akhirnya, pada tahun 33 M, Yesus disalibkan di antara dua pencuri, dan wafat setelah enam jam tergantung di kayu salib, peristiwa inilah yang diperingati setiap Jumat Agung.

2. Jumat Agung Ortodoks

Jumat Agung dalam tradisi Ortodoks dirayakan pada hari Jumat sebelum Paskah, berdasarkan kalender Julian. Di tahun ini, perayaan tersebut jatuh pada tanggal 18 April 2025. Berbeda dengan gereja-gereja Barat yang menggunakan kalender Gregorian untuk menentukan hari-hari raya besar, Gereja Ortodoks tetap mempertahankan penanggalan Julian.

Akibatnya, peringatan Jumat Agung dan Paskah gereja Ortodoks umumnya berlangsung lebih lambat dibandingkan perayaan serupa di gereja-gereja Barat. Hari suci ini memiliki beberapa sebutan, antara lain Jumat Agung, Jumat Suci, serta Jumat Suci dan Agung, semuanya merujuk peringatan atas sengsara dan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.

Sejarah Jumat Agung Ortodoks

Jumat Agung dalam tradisi Ortodoks bukanlah hari libur umum, namun telah lama menjadi bagian penting dalam kalender liturgi gereja Ortodoks. Awalnya, hari ini dikenal sebagai Pascha of the Cross, yang dikaitkan dengan awal perayaan Paskah Yahudi. Menurut catatan sejarah, Jumat Agung pertama kali berlangsung pada Jumat 3 April 33 Masehi.

Meski mayoritas penganut Ortodoks tinggal di Rusia, perayaannya menjangkau seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat. Berbagai gereja Ortodoks mengadakan liturgi malam selama Pekan Suci. Khusus pada Jumat Agung, beberapa gereja menyelenggarakan ibadah sore yang ditujukan untuk anak-anak, sebagai penghayatan kisah penderitaan Kristus.

Dalam Gereja Ortodoks Yunani di Amerika, Jumat Agung dikenal sebagai hari puasa penuh dan waktu yang sangat sakral. Keuskupan Agung Ortodoks Yunani Amerika merayakan momen ini dengan mengenang Sengsara Kristus, yaitu saat-saat terakhir hidup Yesus sebagaimana tertulis dalam Perjanjian Baru.

Perayaan biasanya dimulai sejak Kamis malam dengan pembacaan 12 bagian Injil yang menggambarkan penyaliban. Pada malam Jumat Agung, liturgi kembali dilangsungkan, menghadirkan nuansa duka dan penghayatan yang mendalam.

Dalam banyak gereja Ortodoks, pendeta menurunkan ikon Yesus dari salib dan membungkusnya dengan kain linen, sebagai simbol penguburan-Nya. Sementara di beberapa gereja Bulgaria, umat berjalan melewati meja yang ditempatkan di tengah gereja sambil menyalakan lilin. Tradisi ini sebagai lambang penyucian diri dan penghapusan dosa.

Sejarah panjang Jumat Agung Ortodoks turut diwarnai perkembangan kalender dan perbedaan penanggalan. Pada tahun 325 M, Konsili Nicea menetapkan tanggal perayaan Paskah untuk gereja-gereja Barat menggunakan kalender Gregorian.

Namun, Gereja Ortodoks memilih tetap menggunakan kalender Julian. Istilah Goude Friday tercatat pertama kali pada tahun 1290 dalam karya sastra hagiografi The South English Legendary. Ketika kalender Gregorian diperkenalkan pada tahun 1582, perbedaan penanggalan Paskah semakin nyata.

Upaya menyatukan tanggal perayaan antara gereja Barat dan Ortodoks pernah dilakukan Dewan Gereja Dunia pada 1997, namun belum membuahkan hasil. Hingga kini, Jumat Agung Ortodoks menjadi hari penuh makna, dihayati dengan ritual, puasa, dan simbolisme, sebuah refleksi mendalam atas pengorbanan dan kasih Kristus yang menembus zaman.

3. Hari Kelereng Sedunia

Hari Kelereng Sedunia diperingati setiap tahun pada hari Jumat Agung, dan pada tahun ini jatuh pada tanggal 18 April. Peringatan ini merujuk pada Kejuaraan Kelereng Inggris pertama yang berlangsung pada tahun 1588 di Inggris.

Kisah unik di balik kejuaraan ini bermula dari dua pria muda yang memperebutkan hati seorang gadis pemerah susu di Tinsley Green. Untuk menentukan siapa yang berhak memenangkan hati sang gadis, keduanya beradu dalam permainan kelereng.

Sejak saat itu, tradisi ini terus berlanjut dan berkembang menjadi kejuaraan tahunan yang masih dilaksanakan di Tinsley Green hingga kini. Bahkan, acara ini telah menarik partisipasi tim dari berbagai belahan dunia yang datang ke Inggris demi meramaikan kompetisi tersebut.

4. Hari Radio Amatir Sedunia

Hari Radio Amatir Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 18 April. Radio amatir, yang juga dikenal sebagai radio HAM, merupakan bentuk komunikasi yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio untuk tujuan nonkomersial, seperti bertukar pesan, hiburan pribadi, komunikasi darurat, eksperimen teknis, hingga pelatihan mandiri.

Frekuensi-frekuensi yang digunakan oleh para operator radio amatir ditentukan oleh badan resmi seperti Komisi Komunikasi Federal (FCC) dan Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU). Para operator ini menggunakan frekuensi yang dialokasikan untuk menjalin komunikasi dua arah dengan sesama pengguna.

ITU bertanggung jawab atas segala hal terkait teknologi informasi dan komunikasi global. Setiap negara menetapkan peraturan teknis dan operasional yang harus dipatuhi, termasuk pemberian lisensi dengan tanda panggilan unik untuk setiap stasiun. Tanda panggilan ini wajib disebutkan dalam setiap transmisi sebagai identitas resmi operator.

5. Hari Internasional untuk Monumen dan Situs

Diperingati setiap tanggal 18 April, Hari Internasional untuk Monumen dan Situs bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keragaman warisan budaya, sekaligus mengingatkan akan kerentanan situs dan monumen bersejarah yang ada di seluruh dunia.

Peringatan ini juga menjadi momentum untuk mengedukasi publik mengenai pentingnya tindakan pelestarian dan perlindungan situs-situs tersebut. Dewan Internasional Monumen dan Situs (ICOMOS) menjadi badan utama yang mengkoordinasikan peringatan ini dengan menetapkan tema khusus setiap tahunnya.

Berbagai kegiatan pun diselenggarakan oleh anggota ICOMOS, baik di tingkat nasional maupun internasional, serta terbuka bagi siapa saja yang tertarik. Fokus perayaan ini kerap diarahkan pada narasi sejarah yang kompleks dan kontroversial.

Hal ini sebagai upaya mengembangkan diskursus baru yang lebih inklusif dan penuh penghargaan terhadap keberagaman budaya. Menurut Konvensi UNESCO tahun 1954 dan 1972, setiap kerusakan atau kehilangan terhadap properti budaya dianggap sebagai kerugian besar bagi umat manusia secara keseluruhan.

6. Hari Juggler Internasional

Hari Juggler Internasional dirayakan setiap tahun pada tanggal 18 April sebagai bentuk penghormatan terhadap seni juggling dan para pelakunya yang terampil. Hari ini menjadi momen yang pas untuk mengenal lebih jauh atau bahkan mencoba mempelajari seni juggling, yang dikenal menyenangkan dan menantang.

Juggling lempar merupakan jenis juggling yang paling populer, di mana seseorang dapat melakukan gerakan lempar-tangkap menggunakan satu atau beberapa tangan sekaligus. Pemain juggling, atau juggler, biasanya menggunakan benda-benda yang disebut sebagai 'alat peraga'.

Alat peraga umum termasuk bola, tongkat, dan cincin, namun ada pula juggler yang menggunakan peralatan ekstrem seperti pisau, obor api, hingga gergaji mesin untuk menambah unsur dramatis dalam penampilan mereka. Seni juggling bukan hanya hiburan, tapi juga bentuk ekspresi kreatif yang memadukan keterampilan, koordinasi, dan konsentrasi tinggi.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads