Gemerlap aneka lampu warna-warni menghiasi lorong-lorong perkampungan di Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, Trenggalek. Tradisi menghias kampung menjadi agenda rutin warga untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Kemeriahan kampung ini menjadi destinasi wisata dadakan bagi masyarakat yang berkunjung ke Trenggalek saat Lebaran.
Salah satu ketua RT, Sudarman mengatakan, tradisi menghiasi jalan kampung telah berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam setiap momen Lebaran memiliki desain yang berubah-ubah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu itu pakai hiasan berupa obor, lentera, kemudian ganti menjadi plastik janur kuning. Kemudian, hiasan lampu dengan kain spunbond dan sekarang pakai lampu LED seperti ini," kata Sudarman, Minggu (30/3/2025).
Untuk mempercantik kampung, warga setempat rela merogoh kocek secara patungan. Dari kekompakan itulah, di masing-masing rumah memiliki rangka besi untuk memasang aneka lampu.
![]() |
"Wah kalau anggaran yang dibutuhkan totalnya ya banyak, satu rumah itu minimal Rp 250.000 sampai Rp3.00.000," jelasnya.
Menurutnya, warga akan gotong royong memasang hiasan mulai puasa ke-21. Lampu-lampu akan menghiasi kampung hingga H-7 Lebaran.
Sementara itu, salah seorang warga Sujiono mengatakan, keberhasilan Desa Widoro menjadi kampung lampion tidak lepas dari peran serta para pemuda.
"Mereka inilah yang menjadi motor penggeraknya. Ini harus dilestarikan, karena menjadi sarana menjaga kekompakan di antara masyarakat," kata Sujiono.
Dengan segala kemeriahannya, Desa Widoro menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat di saat Lebaran. Tak heran, meskipun hanya jalan kampung, hilir mudik kendaraan selalu ramai hingga larut malam.
"Karena sekarang konsepnya adalah lampion, maka menikmatinya di malam hari. Jadi saat Lebaran jalan di sekitar Widoro ini selalu ramai. Mereka banyak yang penasaran ingin melihat ini," jelasnya.
Tak hanya sekadar menghias kampung, masyarakat setempat juga bakal menggelar festival ketupat pada H+7 Lebaran. Masyarakat yang datang akan mendapatkan sajian ketupat gratis.
"Mangga (mari) silakan datang ke sini, karena nanti juga akan ada lomba kostum dan festival sound. Lampion ini juga dilombakan," imbuhnya.
Sujiono menambahkan, kemeriahan di kampungnya menjadi pembeda dengan kawasan perkampungan lain di Trenggalek. Hal ini juga menjadi pemantik kerinduan bagi warga yang berada di perantauan.
"Jadi kalau yang sehari-hari merantau, setiap Lebaran pasti kangen dengan momen-momen seperti ini," jelasnya.
(hil/iwd)