Filosofi Masjid Kapal Pesiar di Mojokerto: Bahtera Penyelamat Sosial

Jejak Ramadan

Filosofi Masjid Kapal Pesiar di Mojokerto: Bahtera Penyelamat Sosial

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 04 Mar 2025 03:15 WIB
Masjid Ar Rahman di Dusun Belor, Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto.
Masjid Ar Rahman di Dusun Belor, Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Masjid Ar Rahman di Dusun Belor, Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto dibangun menyerupai kapal pesiar. Di balik keunikan arsitekturnya, masjid ini mempunyai filosofi sebagai bahtera penyelamat berbagai masalah sosial.

Masjid milik Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Vila Durian Doa Yatim Sejahtera itu terletak persis di halaman panti asuhan. Luas masjid unik ini mencapai 45x25 meter persegi.

"Masjid ini desainnya kapal pesiar. Harapannya menjadi bahtera penyelamat persoalan sosial karena penghuninya di sini beragam penyandang masalah sosial," kata Ketua LKSA Vila Durian Doa Yatim Sejahtera, Muhammad Mukhidin (44) kepada detikJatim, Senin (3/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bentuk masjid ini memang mirip kapal pesiar, baik eksterior maupun interiornya. Banyak jendela di sisi kanan dan kirinya membuat masjid ini selalu terang. Uniknya lagi, tempat imam salat dan mimbar khatib didesain layaknya ruang kemudi kapal.

Tempat imam dan khatib berhiaskan setir kapal asli, kompas berdiri, beberapa kompas kecil, monitor kemudi, jangkar, derek jangkar, serta lukisan lautan pada dindingnya. Tempat salat ini berada di lantai 2 masjid.

ADVERTISEMENT

Lantai 1 masjid disulap menjadi asrama putri dan balita. Posisinya di bawah tanah layaknya lambung kapal yang tenggelam di lautan. Sebelah kirinya merupakan area wudu. Lantai 3 menjadi aula, sedangkan lantai 4 dan 5 penginapan para tamu panti asuhan.

Masjid Ar Rahman di Dusun Belor, Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto.Masjid Ar Rahman di Dusun Belor, Desa Kembangbelor, Pacet, Mojokerto. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)

"Pembangunan lantai 3, 4 dan 5 tinggal daun pintu dan daun jendela, tapi sudah bisa ditempati," terang Mukhidin.

Selama Ramadan, masjid kapal pesiar ini tak pernah sepi dari berbagai kegiatan keagamaan. Jemaah datang dari LKSA, warga sekitar, juga para pelancong. Mereka menunaikan salat 5 waktu, salat Jumat, Salat Tarawih, tadarus, mengaji, burdah, hingga buka bersama di masjid ini.

Saat ini, kata Mukhidin, LKSA Vila Durian Doa Yatim Sejahtera mengasuh 57 orang. Terdiri dari 9 lansia dan 48 anak. "Ada anak-anak yatim, piatu, korban pelecehan seksual, korban KDRT, ada juga anak dari wanita ODGJ yang dilecehkan," ungkapnya.

Pembangunan masjid unik ini atas masukan dari Gus Amirul Mukminin dari Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah, Lamongan. Sosok inilah yang juga memotivasi Mukhidin mendirikan LKSA Vila Durian Doa Yatim Sejahtera.

Pembangunannya sendiri menghabiskan lebih dari Rp 2,5 miliar tahun 2016-2021. Mukhidin berencana menambah panjang area masjid untuk salat setidaknya 10 meter lagi. Sehingga kapasitasnya lebih besar menampung jemaah.

"Kami masih menabung untuk melanjutkan pembangunan," tandasnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads