Faiz Tosal (58) adalah penjual bubur di Surabaya yang pernah viral di medsos beberapa tahun lalu karena jago ngomong Bahasa Jepang dan Inggris. Gegara kemampuannya itu dagangannya laris diserbu pembeli.
Salah satu video berbahasa Jepang Faiz diunggah akun Instagram nexs.japanesecenter pada 2020. Seketika dia viral dan banyak dicari hingga dagangannya sempat meraih omzet jutaan rupiah per hari.
Namun, sekitar 5 tahun berselang sejak dirinya viral dan jadi perbincangan di media sosial, kini pembeli bubur kacang hijau dan es pisang ijo dagangan Faiz tak seramai dulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu omzet sempat Rp 2 juta per hari pas viral. Sampai saya bisa beli gerobak baru, beli alat-alat masak baru. Tapi terus anjlok pas COVID-19 dan sampai sekarang omzetnya gak pasti," ujarnya kepada detikJatim, Kamis (20/2/2025).
Tiap harinya Faiz berjualan di Jalan Kranggan, Surabaya dari pukul 14.00 WIB hingga malam hari. Harga bubur kacang hijau maupun es pisang ijonya terjangkau yakni Rp 7 ribu per porsi.
"Tutupnya ya tergantung habis jam berapa, kalau belum habis bisa sampai jam 23.00 WIB," tuturnya.
Untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya, Faiz pun putar otak. Dengan kemampuan berbahasa Inggris dan Jepang ia kerap menjadi driver bagi turis mancanegara yang ingin bepergian.
"Saya jadi driver nyetir ke mana saja bisa. Biasanya ke Bali, Jakarta, tergantung permintaan saja," katanya.
![]() |
Selain itu, ia juga berencana membuat Youtube Channel untuk menginspirasi masyarakat, terutama anak muda agar bisa mengasah kemampuan berbahasa. Sebab hal ini sangat diperlukan, terutama di era global seperti sekarang.
"Saya menyayangkan anak-anak muda, lulusan sarjana yang masih belum lancar berbahasa Inggris. Karena memang belajar dari sekolah saja tidak cukup, harus berani latihan sendiri," ujarnya.
Penjual bubur yang jago berbahasa Jepang dan Inggris itu mengajak masyarakat berani memulai berbicara dengan bahasa asing untuk mengasah kemampuan.
"Kalau alasan bahasa asingnya pasif karena nggak ada lawan bicara, bisa latihan dengan diri sendiri. Atau dengan saya, saya juga senang kalau ada yang mau berlatih bersama di sini," katanya.
Sebelumnya, Faiz sendiri memerlukan beberapa tahun untuk mempelajari bahasa asing. Dia memulai belajar secara mandiri dengan mempelajari lima kosakata baru per harinya.
Hal itu dia lakukan saat tinggal di Bali pada 1986 hingga 2005 silam dengan profesi sebagai pedagang dan tour guide.
"Saya belajar dari mana saja, dari bule, dari orang-orang sekitar yang bisa berbahasa asing, dari film, musik juga. Saya mencatat kalau ada kosakata baru," beber Faiz.
Alhasil dia pun fasih mengucapkan bahasa Jepang dan Inggris. Bahkan ia kerap berinteraksi dengan keluarga, maupun para pembeli dengan bahasa asing itu agar kemampuannya terjaga.
"Intinya jangan takut, jangan malu. Takut disalahkan, malu diketawai itu bukan makanan yang mengenyangkan buat kita," pungkasnya.
(dpe/iwd)