Jatim Sepekan: Laka Maut Batu 5 Tewas-Tsaniyya Nikah Tanpa Mempelai Pria

Jatim Sepekan: Laka Maut Batu 5 Tewas-Tsaniyya Nikah Tanpa Mempelai Pria

Fatichatun Nadhiroh - detikJatim
Minggu, 12 Jan 2025 21:15 WIB
Polisi melihat bangkai kendaraan roda dua yang ringsek usai terlibat kecelakaan beruntun di Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (9/1/2025). Kecelakaan beruntun yang terjadi pada Rabu (8/1) malam tersebut melibatkan satu unit bus pariwisata, enam unit mobil dan sepuluh sepeda motor serta mengakibatkan empat orag meninggal dunia sementara puluhan orang luka-luka. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc.
7 Titik lokas kecelakaan di Kota Batu tewaskan 4 orang (Foto: ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO)
Surabaya -

Dalam sepekan ada beberapa berita di Jawa Timur menyedot pembaca. Salah satunya kecelakaan maut Bus Pariwisata asal Bali kecelakaan di Kota Batu dan pengantin perempuan tanpa didampingi mempelai pria.

Berikut Detail Beritanya:

1. Kecelakaan Bus Pariwisata Muat Rombongan SMK di Bali Tewaskan 4 Orang

Kecelakaan maut bus pariwisata Sakhindra Trans nopol DK 7949 GB muat rombongan siswa SMK TI Bali Global, Badung, Bali menewaskan 4 korban dan 10 korban luka. Hasil penyelidikan polisi, bus itu diduga hilang kendali sejauh 2,3 kilometer lalu menabrak 12 kendaraan.

Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan di lapangan, Dirlantas Polda Jatim Kombes Komarudin menyebutkan bahwa bus itu hilang kendali sejauh 2,3 kilometer dari titik awal Jalan Imam Bonjol hingga titik akhir di Jalan Pattimura dengan dugaan awal akibat rem tidak berfungsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkaitan dengan jumlah kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan atau lebih tepatnya menjadi korban bus yang melaju tak terkendali diduga rem blong tersebut, Komarudin menyatakan ada 6 sepeda motor dan 6 mobil.

Dirlantas menjelaskan ada 7 titik tabrakan di sepanjang 2,3 kilometer TKPbus hilang kendali tersebut. Dari total 7 titik tabrakan itu ada 14 korban meliputi 4 korban meninggal, 2 korban luka berat, dan sisanya mengalami luka sedang dan ringan.

ADVERTISEMENT

"Ada 7 titik tabrakan dari titik awal sampai titik akhir di Jalan Pattimura. Pada titik pertama mengakibatkan 2 pengendara motor meningga, kemudian di titik kedua satu korban meninggal. Kemudian di titik ketujuh 1 kendaraan roda empat sampai terseret sejauh 450 meter menyebabkan pengendara meninggal," ujar Komarudin di Batu Police Station Jalan Imam Bonjol, Kota Batu, Kamis (9/1/2025).

Komarudin mengaku, pihaknya terus melakukan pendalaman terkait penyebab kecelakaan sekaligus menyesuaikan keterangan pengemudi bus yang menyebut bus itu hilang kendali sejak di Jalan Imam Bonjol.

"Mulai dari titik nol diketahui sopir bus tidak bisa mengendalikan kendaraan. Karena fungsi pengereman gagal sampai posisi akhir bus berhenti sejauh 2,3 kilometer," tegasnya.

Sebagai informasi, kecelakaan maut ini terjadi Rabu (8/1/2025) malam sekitar pukul 19.15 WIB. Dalam peristiwa itu bus pariwisata muat rombongan siswa SMK TI Bali Global yang baru saja mengakhiri kunjungan industri di 3 kota di Jawa.

Total ada 46 orang yang ada di dalam bus terdiri dari 39 orang pelajar, 3 orang guru pendamping, serta 4 kru bus Sakhindra Trans terdiri dari 1 sopir, 1 sopir pengganti, dan 2 kernet.

Saat kejadian, bus yang baru saja keluar dari Museum Angkut diduga rem blong hingga bus melaju tidak terkendali sejak dari Jalan Sultan Agung menuju Jalan Imam Bonjol hingga berakhir di Jalan Patimura.

Empat orang tewas dan 10 orang luka-luka akibat kecelakaan itu dievakuasi ke sejumlah rumah sakit berbeda. Sedangkan untuk rombongan yang ada di dalam bus dalam kondisi selamat dan tidak mengalami luka.

Berita selengkapnya ada di sini!

2. Tsaniyya Nikah Tanpa Mempelai Pria

Tsaniyya Asmara Sutjipto (26), warga Tambaksari, Surabaya gagal menikah gegara calon suaminya kabur detik-detik jelang ijab kabul. Pria berinisial A yang telah menjalin asmara dengannya selama 6 tahun itu kabur dengan alasan membeli nasi goreng.

A menghilang pada malam sebelum hari H pernikahan. Pria itu berpamitan kepada kedua orang tuanya membeli nasi goreng. Ternyata A yang mengaku kepada Tsaniyya telah menghamili perempuan lain itu tak pulang-pulang hingga resepsi pernikahan berakhir.

"Waktu saya telepon (A) subuh (dan tidak diangkat), saya hubungi orang tuanya juga. Katanya nggak pulang setelah pamit beli nasi goreng. Nggak balik sampai sekarang," kata Tsaniyya saat ditemui detikJatim di rumahnya di Tambaksari Surabaya, Selasa (7/1).

Anak pertama dari 2 bersaudara yang berharap bisa membangun bahtera rumah tangga bersama A harus menerima kenyataan pahit. Ijab kabulnya batal tapi resepsi nikah dilanjutkan karena undangan telanjur disebar.

"Hari itu semua sudah disiapkan. KUA dan lain-lain, akhirnya keluarga saya saat KUA dan penghulu datang terpaksa membatalkan akad karena tidak ada mempelai pria. Saat naik ke panggung (pelaminan saat resepsi) digantikan sepupu saya," ujarnya.

Pernikahan yang gagal itu digelar Minggu, 29 Desember 2024 di salah satu gedung di Surabaya. Malam sebelum hari itu, Sabtu 28 Desember, Tsaniyya masih berkomunikasi dengan A. Bahkan A sempat mengirimkan rekaman suara berlatih ijab kabul.

Bukan cuma itu, lanjut Tsaniyya, Sabtu malam sekitar pukul 22.30 WIB dia dan A masih sempat berbincang di telepon untuk mengingatkan tentang fotokopi KTP saksi saat ijab kabul. Mereka juga masih sempat berbincang pada Minggu pagi pukul 03.00 WIB.

"Lalu setelahnya nggak bisa dihubungi. Saya WA nggak dijawab, telepon selalu di-reject (ditolak). Saya akhirnya telepon orang tuanya," ujarnya.

Tsaniyya dan A telah menjalin asmara selama 6 tahun sejak masih menjadi teman sekelas di kampus. Mereka pun memutuskan melanjutkan hubungan yang tak sebentar ke jenjang yang lebih serius.

"Tepatnya bulan April lamaran. Lalu memutuskan bulan Desember menikah," kata Tsaniyya.

Selama menjalin hubungan 6 tahun itu Tsaninyya merasa tidak ada masalah dengan A. Mereka jarang bertengkar. A sendiri, menurut Tsaniyya, adalah pribadi yang pendiam, tidak banyak omong, tidak banyak tingkah, dan setia.

Namun, pada akhir Oktober 2024 sang calon suami menyatakan sesuatu yang membuat hatinya hancur. A mengaku telah menghamili perempuan lain. Demi menjaga niat suci mereka untuk menikah, Tsaniyya memaafkan pria itu.

"Dia menyatakan bahwa dia menghamili perempuan. Di situ aku masih mau menerima dia, lanjut pernikahan... Saat itu posisi sudah Oktober akhir, hari H kurang sebulan. Itu baru ngomong kalau ternyata menghamili perempuan lain. Setelah itu kita berdua sepakat pernikahan lanjut," ceritanya.

Hingga momen yang mengguncang itu tiba. Kamis 26 Desember 2024 ketika keluarga Tsaniyya sedang menggelar walimahan, A tidak hadir. Dia justru pergi ke rumah perempuan yang dihamili.

Pada hari itu, Tsaniyya dan orang tuanya diminta datang ke rumah A. Ternyata di rumah A sudah ada orang tua perempuan yang dihamili yang juga mengaku baru tahu kehamilan itu dan meminta pertanggungjawaban.

"Saat itu banyak perdebatan, akhirnya si cowok ini (mantan calon suaminya, A) mengiyakan kalau acara pernikahan tetap berjalan. Dia sudah tanda tangan di atas meterai. Tanda tangan beberapa saksi orang tua dan keluarganya, dan keluargaku. Ada fotonya juga saat dia menulis surat," katanya.

Tapi A telah melanggar surat komitmen yang dia buat sendiri. Dia kabur meninggalkan Tsaniyya dengan hati yang hancur. Sepupu Tsaniyya pengganti mempelai pria saat resepsi pernikahan pun merasa iba.

Melalui akun TikTok, dia unggah momen ketika dirinya menggantikan mempelai pria calon suami kakak sepupunya yang kabur di atas pelaminan. Kiriman video itu pun segera viral ditonton oleh jutaan warganet.

Berita selengkapnya ada di sini!

3. Penyintas Bom Bali I Pontang Panting Tagi Utang demi Biaya Anak

Masih ingat kasus bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002 silam? Ya, peristiwa itu menelan korban tewas 202 orang. Sementara itu salah satu penyintas Bom Bali I Chusnul Chotimah (54) melanjutkan hidup sebagai ibu 3 anak yang tinggal di rumah kontrakan di Sidoarjo merasakan itu.

Dia mengaku bertahan hidup sebagai penyintas tindak pidana terorisme tidak mudah. Chusnul mengalami luka bakar 60% hampir di sekujur tubuhnya. Ditambah sejumlah serpihan logam yang masih melekat di tubuhnya hingga syarafnya terganggu.

Selain menyisakan sakit yang tak akan pernah hilang, Bom Bali I juga mengubah kondisi perekonomian Chusnul dan keluarganya hingga begitu memprihatinkan. Setelah kembali ke Sidoarjo, suaminya yang putus asa tergiur menjadi kurir narkoba demi membiayai sekolah anak-anaknya. Ujungnya pahit, satu insiden membuat suaminya ditembak mati pada tahun 2017.

Meski terpuruk, Chusnul tetap melanjutkan hidup. Kini dialah yang menjadi kepala rumah tangga. Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dia berdagang sayur sambil bekerja serabutan.

"Jangan ditanya (Keadaan pascatragedi bom). Kondisi hancur-hancuran. Sekarang jualan sayur, sembako. Setiap hari jam 2 malam cari dagangan. Subuh dibuka," ujar Chusnul dijumpai detikJatim di rumah kontrakannya di Sidoarjo, Rabu (8/1/2025).

Jika dihitung, rata-rata penghasilannya dari berdagang maupun bekerja serabutan hanya Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu per hari atau sekitar Rp 4 juta per bulan. Itu pun kalau ramai pembeli.

"(Kerja serabutan) bersih-bersih saya mau, ada pesanan katering juga mau, saya ambil semua pekerjaan selagi bisa," kata Chusnul.

Cobaan hidupnya bertambah pada 23 November 2022 saat anak bungsunya, MF (18) didiagnosis penyakit kronis Von Willebrand yang membuat darahnya sulit membeku bila mengalami pendarahan. Penyakit ini divonis tak bisa sembuh.

Chusnul menyebut anaknya memang sakit-sakitan sejak lama, salah satunya kerap mimisan. Ia telah membawanya berobat ke berbagai tempat hingga menelan biaya jutaan rupiah.

Demi membiayai pengobatan anaknya sejumlah barang miliknya seperti 3 unit motor habis dijual demi membiayai satu-satunya harapan pengobatan untuk anaknya, yakni kemoterapi.

Sekali kemoterapi biayanya cukup fantastis, Chusnul menyebut itu mencapai kurang lebih Rp 14 juta. Jadwalnya, 13 Januari 2025 besok anaknya akan menjalani kemoterapi ketiga.

"Jika pendarahan, anak saya butuh 2 botol obat injeksi infus. Harga asli obat injeksi anak saya Rp 14.400.000 per 2 botol," tuturnya.

Chusnul pun pontang-panting mencari bantuan dari berbagai pihak. Mulai dari pengajuan khusus ke BPJS karena obat yang diperlukan anaknya tidak masuk subsidi pemerintah. Dia juga mencari bantuan dari sejumlah yayasan termasuk dari BNPT.

Dengan penghasilan yang pas-pasan, Chusnul kebingungan harus mencari uang dari mana lagi. Sebab ia tak ingin terus bergantung pada bantuan pihak lain maupun donasi.

Sebab itu dia berupaya menagih utang. Rekannya sesama penyintas bom berinisial VN (54) meminjam uang kompensasi dari Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) yang dia terima beberapa tahun silam. Nominal uang yang dipinjam mencapai Rp 77,5 juta.

Chusnul menjelaskan bahwa mulanya VN meminjam uang Rp 50 juta. Dia terpaksa mencairkan deposito pendidikan anaknya yang berasal dari uang kompensasi LPSK.


Berita selengkapnya ada di sini!



Simak Video "Video: Diduga 20 Tahun KDRT Istri, Suami di Surabaya Ditangkap Polisi"
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads