Pernikahan yang digelar di gedung mewah dengan ornamen glamor atau dengan konsep tenda rumah dengan ornamen modern sudah biasa. Menikah dengan gaya jadul yang unik dan low budget tentu tidak biasa.
Itulah yang dilakukan pasangan Suluh Jalu Pamungkas (26) dan Ami Pratiwi (26) saat melangsungkan pernikahannya. Keduanya tidak menyangka konsep pernikahan yang mereka usung bakal menjadi perhatian warganet.
Dengan modal Rp 35 juta mereka bisa menghadirkan pesta pernikahan bernuansa nostalgia tahun 70-an. Jalu, sang mempelai pria mengaku tidak ada alasan yang muluk-muluk selain ingin tampil beda di balik konsep pernikahan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya nggak ada niat apa-apa, cuma pengen beda saja pakai konsep ini," kata Jalu. "Persiapan sekitar 2 Minggu, budget antara Rp. 30 sampai Rp. 35 juta-an saja."
Pernikahan itu digelar di rumah salah satu mempelai di Desa/Kecamatan Siliragung, Banyuwangi. Ornamen atau hiasan kuade dan pernak-pernik resepsi pernikahan lainnya mereka cari di sekitar rumah.
"Kuade atau pelaminan pakai janur, di sini banyak. Ornamen janur juga dipasang di dinding bambu. Kain batik punya ibu dan mbah, yang penting ramah lingkungan," terangnya.
![]() |
Pasangan ini berharap konsep pernikahan mereka tidak hanya menginspirasi, tetapi juga memberikan kebahagiaan bagi tamu yang hadir. Seluruh tamu undangan yang hadir pun tampak terhibur dengan alunan musik-musik lawas dari Rhoma Irama hingga Ebiet G. AD.
"Yang penting, semua lancar dan tamu merasa senang," tegas Jalu.
Bukan hanya konsep pernikahan yang minim budget, OOTD atau outfit of the day kedua mempelai juga sangat ekonomis. Pengantin perempuan cukup mengenakan kebaya hitam dipadu kain batik.
Sedangkan pengantin pria mengenakan kemeja batik dan celana hitam dilengkapi peci jadul serta sepasang sandal jepit otentik masa lampau yang terbuat dari kulit.
Sementara para tamu undangan dipersilakan duduk di kursi-kursi panjang yang terbuat dari kayu serta meja kayu panjang ala warung yang dilengkapi sejumlah toples kaca bergaya lawas.
"Konsep lawasan tapi makanan tetap menyesuaikan dengan lidah kekinian," kata Jalu sembari tertawa.
Bukan cuma itu, setelah pesta pernikahan selesai, Jalu mengaku tidak perlu membuang material yang sulit diurai seperti plastik. Hiasan pelaminan berupa buah-buahan pun bisa dinikmati bersama. Pendek kata pernikahan itu ramah lingkungan.
(dpe/iwd)