- Berikut sejumlah fakta guru Andrianto tunaikan nazar jalan kaki usai dimutasi: 1. Viral Usai Jalan Kaki 15 KM dari Magetan ke Wonogiri 2. Jalan Kaki 15 Km Nazar Sukses Mutasi 3. Mutasi ke WonogiriΒ Atas Dasar Permintaan Pribadi 4. Perjuangan Panjang AndriantoΒ Minta Mutasi 5. Punya Hobi Hiking dan Sering Mengajak Murid Beraktivitas di Alam
Andrianto, seorang guru yang mengajar di sekolah di Magetan, Jawa Timur, mendadak viral di media sosial. Hal ini setelah aksinya berjalan kaki sejauh 15 kilometer hingga ke Wonogiri, Jawa Tengah.
Ia mulanya mengajar di SMP Negeri 2 Plaosan, Magetan, lalu menerima surat mutasi ke SMPN 1 Tirtomoyo, Wonogiri. Mutasi ini tidak serta-merta didapatkannya, sebab ia telah memperjuangkan mutasi ini selama tujuh tahun lamanya.
Aksi jalan kaki dilakukan sebagai bentuk nazar atas kesuksesannya mendapatkan mutasi mengajar di dekat kampung halamannya. Dengan mengenakan seragam dinas ASN dan membawa ransel bertuliskan aksinya, perjalanan ini tak hanya jadi simbol perjuangan, tetapi juga bentuk kebahagiaan setelah bertahun-tahun mengajukan permohonan mutasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sejumlah fakta guru Andrianto tunaikan nazar jalan kaki usai dimutasi:
1. Viral Usai Jalan Kaki 15 KM dari Magetan ke Wonogiri
Guru bernama Andrianto mendadak viral di media sosial setelah melakukan aksi jalan kaki sejauh 15 kilometer dari Magetan, Jawa Timur, ke Wonogiri, Jawa Tengah. Perjalanan ini dilakukannya untuk berpamitan dengan rekan-rekan sejawat usai menerima mutasi tugas.
Dalam video berdurasi 4 menit 14 detik itu terlihat guru berusia 45 tahun itu berjalan kaki melewati jalanan beraspal mengenakan seragam dinas ASN Pemkab Magetan. Tidak hanya membawa tas ransel warna hitam, dia juga mengalungkan kardus dengan tulisan yang menggambarkan aksinya.
"Sukses Mutasi, jalan kaki lintas provinsi. 31 Oktober 2024," demikian tulisan yang dia kalungkan di leher dan dia tempelkan pada tas ransel di punggungnya tersebut.
Menurut Andrianto, video viral itu yang mengabadikan teman-temannya, kemudian diunggah di media sosial. Ada delapan desa yang ia lewati dari Magetan hingga Wonogiri.
"Jaraknya 15 Km, melewati delapan desa. Dari sekolah SMPN 2 Plaosan Desa Sidomukti tempat saya mengajar, hingga desa di Jateng masuk Desa Golo, Kecamatan Poh Pelem, Wonogiri," kata Andrianto saat dikonfirmasi detikJatim, Jumat (20/12/2024).
2. Jalan Kaki 15 Km Nazar Sukses Mutasi
Ia mengatakan, aksi jalan kaki lintas provinsi itu untuk memenuhi nazar atau janjinya jika berhasil mendapatkan mutasi mengajar di sekolah dekat kampung halamannya di Wonogiri. Setelah menerima surat mutasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan, Andrianto menepati janjinya.
"Alhamdulillah per 1 November saya sudah pindah mengajar di SMPN 1 Tirtomoyo, Wonogiri. Lokasinya dekat, satu kampung dengan rumah saya. Jaraknya hanya 3 km," kata Andrianto.
3. Mutasi ke Wonogiri Atas Dasar Permintaan Pribadi
Mutasi Andrianto ke Wonogiri berdasarkan permintaan pribadinya. Hal ini dilakukan demi mendekatkan diri dengan keluarga.
"Mutasi ini saya ajukan sendiri karena saya ingin lebih dekat dengan keluarga," ungkapnya dalam wawancara.
Bapak dua anak yang sedang menanti kelahiran anak ketiganya itu pun sangat bersyukur ketika akhirnya bisa mengajar tidak jauh dari rumahnya. Jadi, dia bisa lebih sering bertemu keluarganya.
"Alhamdulillah sekarang dekat. Dulu di Magetan 2 jam perjalanan," kata Andrianto.
4. Perjuangan Panjang Andrianto Minta Mutasi
Selama mengajar di Magetan, Andrianto harus menjalani perjalanan pulang-pergi mengajar sejauh 88 Km selama 14 tahun. Guru yang mulanya mengajar di SMP Negeri 2 Plaosan Magetan itu telah tujuh tahun lamanya berjuang untuk mendapatkan mutasi mengajar dekat rumahnya di Wonogiri.
"Saya setiap tahun selalu mengajukan mutasi pindah lokasi tugas dari Magetan Wonogiri. Tapi selalu gagal," kata Andrianto.
Surat pengajuan mutasi yang dia layangkan, kata Andrianto, bahkan sering tidak mendapatkan balasan. Namun, ia tidak putus asa untuk mengirimkan pengajuan sejak 2018. Hingga akhirnya keinginan itu terkabul setelah seringkali gagal dan ditolak Dinas Pendidikan Magetan.
"Sejak 2018 saya mengajukan mutasi tapi nggak pernah ada tanggapan. Makanya saya nazar akan jalan kaki dari sekolah hingga perbatasan Jateng, Desa Golo," ungkapnya.
5. Punya Hobi Hiking dan Sering Mengajak Murid Beraktivitas di Alam
Tak heran Andrianto memilih berjalan kaki sebagai simbolis. Ia memang memiliki hobi hiking, bahkan sudah sering mengajak siswanya melakukan kegiatan serupa. Semua siswa-siswi kelas 9 semester awal telah mendapatkan kegiatan hiking menempuh perjalanan dengan jalan kaki naik-turun gunung.
"Saat di SMPN 2 Plaosan ada kegiatan hiking kelas 9 semester awal. Keliling Gunung Lawu," tuturnya.
Menurutnya, murid SMPN 2 Plaosan sudah terbiasa jalan kaki ke Gunung Lawu dengan rute Magetan, Karanganyar, dan Ngawi. Kegiatan itu juga untuk mengajarkan kepada mereka bahwa untuk mendapatkan kesuksesan butuh perjuangan.
"Setiap tahun ada kegiatan mengitari Gunung Lawu rute Magetan, Karanganyar, dan Ngawi. Kegiatan yang saya terapkan agar siswa paham bahwa setiap kesuksesan itu harus ada perjuangan," ungkapnya.
(irb/fat)