Video viral Miftah Maulana Habiburahman atau Gus Miftah menghina penjual es teh berbuntut usulan dari DPR RI agar Kemenang mengkaji penerapan sertifikasi bagi pendakwah. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Sukadiono menanggapi usulan tersebut.
Dia mengatakan bahwa usulan sertifikasi untuk juru dakwah sedianya didasarkan pada analisis yang mendalam. Dia juga berharap usulan ini tidak didasarkan pada kekhilafan.
"Saya kira gini, program sertifikasi itu jangan ada kejadian spontan, mestinya harus dianalisa apa keuntungan dan kerugiannya," kata Sukadiono ditemui detikJatim usai pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Senin (8/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan berdasarkan kekhilafan salah satu dai kemudian itu dijadikan rujukan untuk melakukan sertifikasi. Artinya perlu dianalisis terlebih dahulu, perlu dan tidaknya, supaya tidak menjadi boomerang di kemudian hari," tambahnya.
Saat ditanya apakah pendakwah dari kalangan Muhammadiyah wajib punya sertifikasi? Sukadiono menjelaskan bahwa akademik mubaligh Muhammadiyah diberi sertifikasi berkaitan kemampun aspek orasi atau bicaranya. Kemudian tema-tema yang disajikan juga terukur dan pas.
"Ini yang diharapkan di akademik mubaligh Muhammadiyah, termasuk mubaligh-mubaligh kita ini bisa menjadi enterpreneur sehingga tidak hanya mengandalkan dari transportasi ketika ngisi dakwah, ada bisnis, ada unit usaha yang dia miliki, yang kemudian bisa menunjang keberhasilannya," ujarnya.
Atas polemik Gus Miftah yang menghina penjual es teh, Sukadiono menyebutkan bahwa di Muhammdiyah sendiri diajarkan untuk berkata lembut dan benar serta jelas dalam berdakwah.
"Kita-kita ini namanya qaulan syakilla, qaulan layyina. Qaulan layyina berkata lemah lembut, qaullan sadidan bertaka benar dan jelas. Guyonan boleh, tapi dalam koridor guyonan yang dibolehkan," pungkasnya.
(dpe/iwd)