Pakar ITS Sebut Gempa Ngawi M 3,9 Tanda Sesar Kendeng di Jatim Aktif

Pakar ITS Sebut Gempa Ngawi M 3,9 Tanda Sesar Kendeng di Jatim Aktif

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 09 Des 2024 14:35 WIB
Gempa Ngawi M 3,9
Episentrum gempa Ngawi M 3,9 yang terjadi Senin. (Foto: Tangkapan layar)
Surabaya -

Gempa mengguncang Ngawi pukul 07.06 WIB dengan kekuatan Magnitudo (M) 3,9. Pakar Geologi ITS Dr Ir Amien Widodo MSi menyatakan gempa pagi tadi berkaitan dengan Sesar Kendeng yang masih aktif.

"Itu memang deretan dari sesar kendeng (gempa Ngawi), mulai dari Waru, Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, Surabaya sampai ke Jawa Tengah. Lewatnya termasuk lewat Ngawi," kata Amien saat dihubungi detikJatim, Senin (9/12/2024).

Prof Amien menyebutkan bahwa sesar kendeng yang aktif ada di wilayah Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Sesar memanjang dari Surabaya, Waru, Jombang, Lamongan, Nganjuk, Madiun, Grobogan, Bojonegoro, serta Cepu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gempa di Ngawi pagi tadi menurut Amien kecil dalam hal skala magnitudo. Namun, dia menyatakan bahwa gempa yang terjadi tadi pagi menandakan bahwa Sesar Kendeng memang aktif.

"Kemarin disebutkan dari beberapa tahun lalu kalau sesar aktif. Aktif melewati Surabaya, Waru, sampai Ngawi sesar yang aktif. Salah satu secara aktif itu ada tanda gempa sepanjang garis, nah ini tandanya. Beberapa tahun lalu juga sudah terjadi beberapa gempa, memang tidak sering," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data, kata dia, gempa yang terjadi di Sesar Kendeng tercatat pada 2010, 2015, dan 2024. Jaraknya pun sedikit lama. Dari catatan buku yang dia sebutkan pergerakannya hanya sekitar 1 cm per tahun.

"Kita susah akan menjadi angka besar (6,5 M). Namun menunjukkan sesar ini aktif sedang bergerak," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sedang menunggu BMKG. Menurutnya, BMKG sudah memasang cukup banyak alat pendeteksi di sepanjang Sesar Kendeng.

"Kalau bisa lihat akhirnya tahu kalau makin sering, nanti frekuensinya semakin tinggi, berarti kejadiannya semakin tinggi, berarti sobeknya di bawah sana semakin panjang. Tapi yang tahu data BMKG, karena yang punya alat mereka," pungkasnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads