Sebanyak enam kecamatan di Lamongan tercatat berpotensi rawan bencana hidrometeorologi. Pemkab Lamongan pun melakukan sejumlah upaya mitigasi.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi atau yang akrab disapa Pak Yes menjelaskan, Pemkab Lamongan telah melakukan pemetaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
"Terdapat enam kecamatan yang berpotensi bencana hidrometeorologi, meliputi Kecamatan Karangbinangun, Glagah, Turi, Karanggeneng, Deket, dan Laren," ungkapnya saat memimpin apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi 2024-2025 di Alun-alun Lamongan, Jumat (6/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pak Yes menjelaskan, bencana hidrometeorologi disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim, yang dapat menimbulkan bencana seperti puting beliung dan banjir bandang.
Jika tidak diantisipasi dengan baik, bencana ini dapat menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat. Untuk itu, Pemkab Lamongan telah melakukan berbagai upaya mitigasi, baik struktural maupun nonstruktural, untuk menghadapi bencana hidrometeorologi tahun 2024-2025.
"Tantangan bencana ke depan semakin kompleks, dampak perubahan iklim semakin terasa, dan dampak bencana menjadi semakin signifikan. Merespons hal tersebut, Pemkab Lamongan telah memprogramkan kegiatan mitigasi bencana, baik yang bersifat struktural maupun nonstruktural," ujarnya.
Mitigasi bencana struktural yang dilakukan, meliputi penanganan tanggul kritis, perbaikan waduk di wilayah Lamongan, normalisasi Kaligawe oleh BBWS sepanjang 4,5 km, pengerukan saluran perkotaan di dataran rendah, serta instalasi pintu operasional dan pompa pengendali banjir dengan kapasitas 5.000 liter.
Selain itu, Pemkab juga mengoperasikan pompa mobile untuk mengurangi dampak banjir. Sementara itu, mitigasi nonstruktural mencakup penanganan darurat kekeringan melalui dropping air bersih ke 15 kecamatan dan 69 desa, serta penyediaan 102 terpal dan 204 jeriken.
Pemkab juga telah membentuk dan membina 88 desa tangguh bencana.
"Selain itu, kami melakukan sosialisasi dan edukasi bencana kepada masyarakat yang rentan, mulai dari pelajar PAUD hingga SMA, serta program Lamongan Green and Clean dan Desa Berseri," jelas Pak Yes.
Lamongan juga mengaktifkan posko hidrometeorologi dan posko penanggulangan bencana di wilayah-wilayah rawan. Posko ini tidak hanya ada di tingkat kabupaten, tetapi juga di seluruh 27 kecamatan yang dilengkapi dengan personel yang siap siaga.
"Apel ini merupakan sarana untuk membangun sinergitas dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai kemungkinan risiko terjadinya bencana," tambah Pak Yes dalam apel yang diikuti BPBD, Kodim 0822, Polres Lamongan, Satpol PP, Dinkes, Dishub, Dinsos, dan lembaga keagamaan.
Prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, pada akhir November hingga Desember 2024, Lamongan memasuki fase peralihan musim dari kemarau ke musim penghujan atau pancaroba, yang dapat memicu perubahan cuaca yang tidak menentu dan meningkatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi.
(irb/hil)