Dunia bulu tangkis Indonesia dikejutkan dengan pengumuman gantung raket dari Hendra Setiawan. Usai 35 tahun berkarier sebagai atlet profesional, Hendra memutuskan untuk menggantung raketnya.
Namun, sebelum gantung raket, Hendra mengumumkan Turnamen Indonesia Master 2025 akan menjadi panggung perpisahannya yang megah. Hal itu diunggahnya di akun Instagram pribadinya, dan mengundang banyak reaksi netizen.
Ia menyatakan, semua impian yang diinginkan dalam dunia bulu tangkis telah tercapai. Dalam pesan itu juga, Hendra mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam perjalanan kariernya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"35 tahun sudah saya berada di dalam dunia badminton. Saya rasa saat ini adalah saat yang tepat untuk memutuskan bahwa saya akan mengakhiri karier saya sebagai atlet badminton," ujar Hendra seperti dilihat detikJatim dalam akun Instagram pribadinya @hendrasansan, Jumat (6/12/2024).
Ia berterima kasih kepada semua partner yang telah berjuang bersamanya. Terkhusus Alm Kido dan Ahsan. Selain itu, Hendra juga mengucapkan terima kasih untuk PBSI, klub Jaya Raya, seluruh sponsor, serta semua pelatih dan rekan-rekan ganda putra.
"Terima kasih banyak untuk semua fans yang selalu mendukung saya dari dulu sampai sekarang. Dan terima kasih buat keluarga besar saya, terutama istri saya yang selalu men-support saya dalam keadaan apapun," pungkas dia.
Di akhir, Hendra menutup pesan dengan mengucap 'Sampai Ketemu di Indonesia Master 2025'. Lantas, seperti apa perjalanan karier bulu tangkis Hendra Setiawan, apa saja dedikasi dan prestasi yang telah dicapai? Simak profil sang legenda bulu tangkis Indonesia di bawah ini.
Profil Hendra Setiawan
Hendra Setiawan lahir di Pemalang, Jawa Tengah, 25 Agustus 1984. Hendra memulai bulu tangkis kompetisi kala menginjak usia 8 tahun. Ia telah memulai karier profesionalnya pada tahun 1992. Perjalanan karier Hendra paling sukses saat berpasangan dengan Markis Kido di tahun 2003.
Pada Kejuaraan Junior Asia 2001, Hendra meraih medali perunggu dalam kategori beregu putra dan ganda campuran. Setahun kemudian, ia bersama Joko Riyadi meraih medali perunggu di ganda putra, dan menjadi runner-up di Singapore Satellite 2002.
Bersama Kido, Hendra mencatatkan banyak prestasi internasional, termasuk medali emas di Olimpiade Beijing 2008, China Super Series 2007, Hong Kong Super Series 2007, dan medali emas di Asian Games 2010. Prestasi ini memperkuat reputasinya sebagai salah satu atlet bulu tangkis terbaik dunia.
Dengan pengalaman itu, Hendra telah mencapai banyak pencapaian gemilang bersama Kido, dan kemudian bersama Mohammad Ahsan, yang menjadi pasangannya mulai akhir 2012. Saat berpasangan dengan Ahsan, Hendra dikenal dengan julukan "The Daddies" oleh netizen.
Bersama Ahsan, Hendra meraih dua gelar All England, medali emas Asian Games 2014, serta tiga gelar juara dunia pada 2013, 2015, dan 2019. Mereka juga mengantarkan Indonesia meraih emas di Piala Thomas 2020.
Meskipun sempat mengalami kegagalan di semifinal Olimpiade Tokyo, yang menghalangi impiannya meraih medali emas, Hendra tetap melanjutkan perjalanan karier yang cemerlang hingga akhirnya memutuskan untuk pensiun.
Selain berkompetisi di ganda putra, Hendra juga berpartisipasi di ganda campuran dengan beberapa pasangan, seperti Lina Marlina, Devi Sukma Wijaya, Anastasia Russkikh, dan Vita Marissa. Salah satu pencapaian terkenalnya di sektor ini adalah menjadi runner-up di Indonesia Open 2010 bersama Russkikh.
Kini, pada usia 40 tahun, Hendra memutuskan pensiun setelah lebih dari tiga dekade berkarier di dunia bulu tangkis. Meskipun perjalanan kariernya penuh tantangan, termasuk kehilangan pasangan Markis Kido, Hendra tetap menunjukkan dedikasi yang tinggi.
Kepergian Hendra menjadi salah satu momen bersejarah. Pasalnya, berakhirnya karier pria dengan tinggi 1,83m itu menandai akhir era salah satu ganda putra terbaik dari negara Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh Firtian Ramadhani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/irb)