Pihak rumah sakit Bambang Shita memberikan penjelasan usai ramai kabar ada warga sekitar yang menolak tempat tersebut beroperasi. Pihak rumah sakit menyampaikan bahwa sebelumnya sudah membangun komunikasi dengan warga dan sudah mendapat persetujuan untuk beroperasi.
Direktur RS Bambang Shita Teddy Prawiro mengatakan sebelum rumah sakit diresmikan, pihaknya sudah bertemu warga untuk menampung aspirasi dan memberikan penjelasan bahwa beroperasinya rumah sakit ini tidak akan merugikan warga sekitar.
"Pada saat pertemuan untuk diskusi dengan warga, sempat ada yang menanyakan soal limbah rumah sakit gimana. Kita jelaskan bahwa limbah sudah tertangani dan kita dibantu dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) yang sudah memberikan rekomendasi," kata Teddy kepada wartawan, Kamis (5/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal tempat pembuangan limbah medis, B3 air hingga darah juga sudah disiapkan sesuai rekomendasi dari Pemerintah Daerah maupun provinsi. Kita juga sudah mengantongi izin. Ketika kita sodorkan, Alhamdulillah gak ada komplain sekarang," sambungnya.
Teddy mengklaim bahwa warga sekitar banyak yang mendukung rumah sakit Bambang Shita beroperasi. Dia mengaku memberikan banyak kemudahan kepada warga sekitar yang tidak mampu, terkait bantuan pelayanan kesehatan. Bahkan, ada juga warga yang ditarik untuk bekerja di rumah sakit Bambang Shita.
"Banyak warga juga kita pekerjakan di sini sebagai kompensasi. Bahkan, warga sini yang gak mampu, kita berikan perawatan gratis juga," ungkapnya.
Kemudian soal minimnya lahan parkir, pihak rumah sakit Bambang Shita juga sudah bekerjasama dengan pengelola masjid di seberang gedung untuk memfungsikan lahannya sebagai tempat parkir.
Rumah sakit Bambang Shita kelas D yang baru diresmikan pada Kamis (5/12) siang itu terletak di Jalan Joyo Agung Regency, Kelurahan Merjosari, Kota Malang. Rumah sakit ini merupakan pengembangan dari klinik yang sudah dibuka sejak 2021 lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, warga Jalan Joyo Agung Regency, Kelurahan Merjosari, Kota Malang, menolak beroperasinya rumah sakit Bambang Shita. Penolakan itu diwujudkan dengan pemasangan banner yang berisi protes terhadap keberadaan rumah sakit tersebut.
Protes itu dilayangkan karena rumah sakit Bambang Shita itu ditolak warga karena mereka resah akan terdampak limbah medis, maupun gangguan kebisingan ketika tempat itu mulai beroperasi. Mengingat, lokasi rumah sakit berdekatan dengan permukiman warga.
(abq/iwd)