Jawa Timur dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbaik di Indonesia, dengan berbagai varietas yang menawarkan cita rasa unik. Beberapa daerah di provinsi ini menjadi pusat produksi kopi dengan lahan perkebunan yang mencapai ribuan hektar.
Kopi dari Jawa Timur tidak hanya memenuhi pasar lokal tetapi juga diekspor ke mancanegara. Sekitar 86% dari total ekspor kopi di Pulau Jawa berasal dari provinsi ini, menjadikannya penghasil kopi terbesar di kawasan tersebut. Ekspor meliputi biji kopi mentah hingga kopi sangrai, yang dikirim ke berbagai negara seperti Mesir, Jepang, Italia, Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Filipina.
Beberapa daerah penghasil kopi terbesar di Jawa Timur meliputi Malang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, dan Probolinggo. Produk kopi dari daerah-daerah ini telah berhasil menarik perhatian pasar internasional berkat kualitasnya yang unggul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kopi unggulan Jawa Timur
Secara garis besar, kopi dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya Robusta, Arabica, dan Ekcelsa. Berikut adalah jenis kopi unggulan di Jawa Timur.
1. Kopi Robusta Jember
Kopi Robusta Jember merupakan salah satu varietas kopi unggulan yang berasal dari Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dikenal sebagai "Kota Kopi Robusta," Jember memiliki luas perkebunan kopi mencapai sekitar 18.000 hektare, dengan produksi tahunan lebih dari 12.000 ton. Keberadaan tiga gunung vulkanis-Gunung Raung, Gunung Argopuro, dan Gunung Ijen-di sekitarnya memberikan kondisi tanah dan iklim yang ideal untuk pertumbuhan kopi, yang berkontribusi pada cita rasa khasnya.
Cita rasa kopi Robusta Jember sangat unik, menggabungkan karakteristik pahit yang dominan dengan nuansa asam yang sering kali ditemukan pada kopi Arabika. Hal ini menjadikan kopi ini berbeda dari varietas Robusta lainnya di Indonesia. Rasa yang kaya dan kompleks ini dihasilkan dari proses budidaya yang dilakukan oleh petani lokal, yang telah melakukannya selama lebih dari 300 tahun.
Kopi robusta memiliki kelebihan, yaitu toleransinya terhadap penyakit dan hama yang lebih tinggi dibandingkan kopi arabika membuatnya cocok untuk berbagai kondisi pertumbuhan. Terlebih lagi, harga kopi biasanya lebih terjangkau. Hal tersebut membuatnya menjadi primadona.
2. Kopi Arabika Ijen Raung
Kopi yang memiliki nama Arabika Java Ijen Raung, adalah varietas kopi unggulan yang berasal dari kawasan pegunungan Ijen dan Raung yang terletak daerah Banyuwangi dan Bondowoso Jawa Timur. Sekitar 60% dari total produksi kopi Arabika di Jawa Timur dihasilkan dari daerah ini, menjadikannya sebagai salah satu pusat produksi kopi terbesar dan terpenting di provinsi tersebut.
Tidak hanya itu, kopi ini juga memiliki nama unik "Kopi Spesialti" atau "Kopi Blue Mountain," yang sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis. Nama ini diberikan karena Gunung Ijen dikenal akan fenomena api birunya.
Kopi ini tumbuh pada ketinggian antara 1.100 hingga 1.550 meter di atas permukaan laut, di tanah vulkanik yang kaya akan unsur hara. Keberadaan tanah Andisol yang subur dan kondisi iklim yang sejuk memberikan kontribusi besar terhadap kualitas biji kopi yang dihasilkan.
Cita rasa Kopi Arabika Ijen Raung sangat khas. Tidak hanya nikmat, tetapi juga sangat unik, dimana ada perpaduan antara asam jawa dengan pedas di dalamnya. Namun, jika dibandingkan dengan kopi Arabika lainnya, kopi khas Bondowoso ini tergolong kopi Arabika yang lebih ringan dengan tingkat keasaman yang rendah sehingga rasa asam yang dihadirkan sangat eksotis. Cita rasa yang dimiliki sangat unik, yaitu memiliki rasa nutty dan sedikit terasa seperti coklat saat dicicipi.
Sensasi pedas yang dihasilkan dari kopi ini merupakan perpaduan antara pedas dengan sedikit rasa aroma jahe, pun rasa pahit dari kopi ini tidak terasa pekat. Menariknya lagi, ada aroma yang sangat khas, yakni bau bunga hutan di kopinya.
3. Kopi Ekselsa Wonosalam
Kopi ekselsa telah menjadi bagian dari sejarah pertanian Wonosalam sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada abad ke-17, Alfred Russel Wallace, seorang naturalis, mencatat keberadaan kopi di lereng Gunung Anjasmoro pada ketinggian 1000 mdpl ketika ia melakukan penelitian spesimen fauna di wilayah ini. Melihat potensinya yang besar, pemerintah kolonial Belanda mulai membudidayakan kopi di dataran tinggi ini sebagai komoditas utama. Masyarakat Wonosalam mengenalnya sebagai "Kopi Asisa" atau "Kopi Sesah," adaptasi lokal dari istilah "ekselsa".
Kopi ekselsa memiliki aroma yang kuat dengan dominasi rasa pahit, tetapi cita rasanya merupakan perpaduan unik antara asam, manis, asin, dan sepat, tanpa menghilangkan kesan gurih. Rasanya berada di antara Arabika yang cenderung asam dan Robusta yang lebih pahit, dengan kadar kafein lebih rendah dibandingkan Robusta. Saat dicampur dengan jenis kopi lain, ekselsa dapat menambah kedalaman dan kekuatan rasa, serta meninggalkan sensasi akhir yang lama dan mendalam, terutama di bagian tengah dan belakang lidah.
Beberapa orang menggambarkan kopi ekselsa Wonosalam memiliki cita rasa yang unik dan misterius. Rasa asam seperti buah-buahan sering kali menghadirkan aroma pisang rebus atau bahkan sedikit rasa mangga. Ada pula yang mencatat aroma khas menyerupai nangka, sehingga kopi ini sering dijuluki "Kopi Nangka."
Di pasar, harga kopi ekselsa lebih tinggi dibandingkan kopi robusta, terutama karena jumlah tanaman produktifnya yang semakin berkurang. Penurunan produktivitas ini menjadikan kopi ekselsa semakin langka dan bernilai tinggi, sehingga penduduk Wonosalam tetap mempertahankannya sebagai varietas kopi yang unik di Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/ihc)