Polres Batu bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu serta pemerintah desa akan memanfaatkan lahan tidur dengan ditanami jagung. Para petani lokal akan dilibatkan sebagai penggarap dan penerima manfaat.
Kasat Binmas Polres Batu AKP Dwi Jatmiko mengatakan lahan tidur berlokasi di Jalan Jalibar, Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Luas lahan mencapai kurang lebih 10 hektar.
"Kami mendukung program pemerintah 100 hari ketahanan pangan dengan melakukan kolaborasi bersama DPKP dan pemerintah desa, untuk menyiapkan lahan dan membantu memasarkan. Kemudian, untuk tanaman jagung kita pilih karena di lokasi ini lebih efektif karena lahan tadah hujan," kata Dwi, Selasa (5/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi menyampaikan bahwa program ini akan dijalankan secara bertahap. Di mana pada tahun 2024, lahan tidur yang akan digarap terlebih dahulu seluas kurang lebih 5 hektar.
Selain penyediaan lahan, para petani juga akan diberi bibit jagung dan pupuk sesuai dengan kebutuhan mereka. Sejauh ini, sosialisasi dan diskusi sudah dilakukan dengan perwakilan 8 kelompok tani di wilayah Desa Oro-Oro Ombo. Tahap selanjutnya akan dilakukan bimbingan teknis hingga lahan tersebut difungsikan.
Sementara itu, Kepala DPKP Kota Batu Heru Yulianto menambahkan bahwa para petani akan mendapatkan bantuan bibit jagung dan pupuk. Bantuan pada tahun 2024 ini akan diambilkan dari APBD melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Kota Batu.
"Karena gebrakan awal ini kami belum menyediakan anggaran khusus, sehingga kami menganggarkan melalui DBHCHT. Awalnya anggaran itu akan digunakan untuk kebutuhan lain, cuman karena ini urgent, jadi dialihkan dulu untuk mendukung program ketahanan pangan nasional," imbuh Heru.
Heru menjelaskan bahwa hasil panen jagung nantinya akan dialokasikan semua kepada petani. Tidak hanya itu, pihaknya juga membebaskan para petani untuk memfungsikan hasil pertanian baik dijual ke pasaran atau digunakan untuk pakan ternak mereka.
"Jadi para petani disini juga banyak yang memiliki ternak dan kebanyakan hasil panen jagung digunakan untuk pakan ternak. Sehingga tidak jadi masalah ketika hasil panen dipakai untuk konsumsi masyarakat maupun ternak. Kan misal sapi diberi jagung kualitas bagus, tentu produksi susu bisa lebih baik," jelasnya.
Program ini juga akan berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya. Tentu, dalam pelaksanaannya akan terus dikembangkan ke desa atau kelurahan lain yang memiliki potensi pertanian.
"Gebrakan 100 hari pak Presiden ini anggaran terbatas. Tapi ke depannya anggaran akan berkelanjutan. Nanti di 2025 akan kita lanjutkan. Kita petakan kebutuhan apa saja dan kita anggarkan di APBD," kata Heru.
"Kita juga sudah memiliki data, komoditas jagung ini bisa ditanam di 9 desa dan kelurahan. Meliputi, Desa Tlekung, Oro-oro Ombo, Ngaglik, Pesanggrahan, Sumberejo, Gunung Sari, Punten, Tulungrejo, Giripurno," sambungnya.
Lebih lanjut, salah satu petani dari perwakilan Kelompok Tani Lestari Sukoyo mengaku sangat bersyukur dengan adanya program ini. Para petani merasa bersyukur dan terbantu dengan adanya program ketahanan pangan tersebut.
"Kita yang awalnya tidak semangat jadi lebih bersemangat dengan adanya bantuan ini. Kami berharap dengan kepemimpinan presiden baru ini, ke depan utamanya pupuk bisa terjangkau dan lebih mudah didapat seperti dulu," tandasnya.
(abq/iwd)