Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) bersama jajaran Partai Demokrat baru saja mengikuti program Executive Course on Geopolitics, Geostrategy, Geoeconomics, and Statecraft Cohort-8 Universitas Pertahanan RI. Ibas menyampaikan apresiasi atas acara di ruang rapat Bhinneka Tunggal Ika Kemenhan.
"Saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas undangan untuk mengikuti program ini. Memberikan kesempatan luar biasa bagi saya untuk lebih memahami tantangan global yang dihadapi dunia saat ini," ungkap Ibas dalam siaran pers yang diterima detikJatim, Sabtu (12/10/2024) pagi.
Ibas mengakui tema-tema yang dipaparkan selama kursus itu sangat relevan dengan berbagai isu strategis. Mulai dari aspek geopolitik, geostrategi, hingga geoekonomi yang terus berkembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibas juga mengapresiasi dan berterima kasih atas pandangan langsung yang telah disampaikan Presiden RI terpilih Prabowo Subianto pada program tersebut.
"Kami juga menyimak dengan baik pandangan yang disampaikan oleh Bapak Prabowo Subianto, Presiden Terpilih yang saat ini masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan, mengenai Ekonomi Politik Indonesia di Tengah Persaingan Politik Global," paparnya.
"Negeri kita memiliki posisi yang strategis dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan tekanan geopolitik internasional. Dalam situasi dunia yang terus berubah, Indonesia tentu harus siap dengan strategi kebijakan yang cermat agar dapat bertahan atau bahkan unggul di tengah persaingan global," imbuh pria yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.
Sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Prabowo Subianto, Ibas juga memandang penting adanya penguatan keamanan nasional, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan air bersih.
Dirinya juga mengutip paparan bahwa dari sisi ekonomi, angka ICOR Indonesia harus lebih baik ke depan. Hal itu agar ekonomi tumbuh dan sebanyak-banyaknya investasi diperlukan agar percepatan pemerataan pembangunan dapat dikembangkan.
"Tentu apabila ekonomi tumbuh, rakyat lebih sejahtera. Indonesia tidak boleh tertinggal, not to be left out dalam kemajuan dan kesejahteraan," tegasnya.
Ibas kemudian menyampaikan pemahaman bahwa strategi politik ekonomi Indonesia sangat penting untuk mampu bertahan di tengah dinamika internasional sambil menekankan kebijakan 'Millions Friend and Zero Enemy'. Slogan itu menjadi prinsip diplomasi dan hubungan internasional Indonesia di era ini.
"Di era persaingan global, kita harus mampu membangun kemitraan yang kuat dengan banyak negara, sembari menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional kita. Prinsip 'Millions Friend and Zero Enemy' menjadi landasan penting untuk mewujudkan visi ini," tambahnya.
"Semoga program ini dapat terus memberikan kontribusi besar dalam membangun kapasitas para pemimpin bangsa di masa mendatang, serta mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih kuat, berdaulat, dan sejahtera di era yang penuh tantangan ini," harap Ibas.
(dpe/iwd)