Jumlah ini menunjukkan adanya kenaikan penerima bisyaroh hingga 1.000 guru. Sedangkan tahun 2023 jumlah penerima bertambah sebanyak 500 guru.
Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau yang akrab disapa Mas Dhito menjelaskan penyaluran bisyaroh telah dimulai sejak 2021. Menurutnya ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Kediri dalam memperhatikan kesejahteraan guru keagamaan non formal.
Bupati muda berusia 32 tahun ini pun menekankan keberadaan guru agama di Kabupaten Kediri memiliki peran krusial dalam proses pertumbuhan anak menuju remaja sampai dewasa. Tanpa kehadiran guru agama, kata dia, akan berpengaruh terhadap kualitas moral pada anak.
"Guru agama ini yang akan menjadi benteng untuk tumbuh kembang moral pada anak," jelasnya.
Diketahui, pemberian bisyaroh tersebut diserahkan dalam satu waktu setiap tahunnya. Sehingga program bisyaroh diterima langsung oleh guru agama dengan nominal sebesar Rp 1,2 juta.
"Supaya tidak ada potongan-potongan apapun. Itu yang kita hindari," tegasnya.
Sementara itu, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Falah Ploso, Mojo, Kediri, KH Iffatul Lathoif mengapresiasi program pemberian insentif untuk guru keagamaan. Dia menyebut program ini pertama kali direalisasikan di era kepemimpinan Mas Dhito.
Hal itu dia sampaikan saat penyerahan insentif bisyaroh secara simbolis kepada guru keagamaan, di antaranya guru TPQ, Madin, Kristen, Katolik, dan Hindu di Kawasan Taman Hijau Simpang Lima Gumul beberapa waktu lalu.
"Yang saya tahu, ya baru di eranya Mas Dhito (Bupati Hanindhito) ini ada insentif. Leres nopo mboten? (Betul atau tidak?)," ucap Gus Thoif.
Lebih lanjut Gus Thoif mengatakan program insentif tersebut dicetuskan Mas Dhito atas dasar perhatian terhadap guru keagamaan di Kabupaten Kediri.
"Beliau Mas Bup (Mas Dhito) mencetuskan program yang luar biasa kagem panjenengan sedoyo (untuk guru agama semua)," ungkapnya.
(prf/ega)