Gusdurian Banyuwangi Kritik Kemunduran Demokrasi Lewat Sarasehan Puisi

Gusdurian Banyuwangi Kritik Kemunduran Demokrasi Lewat Sarasehan Puisi

Eka Rimawati - detikJatim
Sabtu, 24 Agu 2024 21:11 WIB
Sarasehan puisi yang digelar Gusdurian Banyuwangi
Sarasehan puisi yang digelar Gusdurian Banyuwangi (Foto: Eka Rimawati/detikJatim)
Banyuwangi -

Sekitar 50 pemuda dan sejumlah aktivis 98 menghadiri sarasehan Gusdurian Banyuwangi di Kecamatan Genteng. Acara tersebut bertajuk Demokrasi Seolah-olah.

Dalam acara itu, selain diadakan pembacaan puisi juga membahas gaya Gus Dur dalam menyikapi Demokrasi di negeri Indonesia. Anton, salah satu aktivis 1998 menyatakan demokrasi bagi Gus Dur adalah antara keberanian atau ketidakmauan.

"Demokrasi bukan retorika, Demokrasi itu perilaku dan tindakan nyata yang membuktikan sebuah kebebasan dalam batas moral dan etika. Dan untuk mempraktikkan itu butuh keberanian, kalau sudah berkuasa memang sampean berani mempraktikkan itu," kata Anton, Sabtu (24/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara salah satu Panelis, Miswan justru mencemaskan wacana kotak kosong yang berpotensi terjadi di Banyuwangi. Menurut Miswan, kemunduran Demokrasi kentara betul dalam praktik pilkada yang ditunjukkan dengan banjir rekomendasi bagi salah satu calon kepala daerah.

"Gak usah jauh-jauh, kemunduran atau matinya demokrasi terjadi saat dalam pesta demokrasi rakyat dihadapkan pada fenomena kotak kosong," ungkap Miswan.

ADVERTISEMENT

Sejumlah peserta lainnya juga membacakan puisi yang berisi kritik sosial atas upaya penguasa mengebiri demokrasi lewat upaya mengakali putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Tak hanya itu, sejumlah lagu karya musisi indie pun dinyanyikan oleh Pepeng seorang musisi lokal dengan iringan akustik dengan lirik-lirik tajam yang ditujukan pada Presiden Joko Widodo yang disebut oleh musisi sebagai penguasa di atas segala kuasa.

"Di atas segalanya ada Jokowi dan di atas Jokowi ada bininya," dendang Pepeng lewat lagu.

Koordinator Penggerak Gusdurian Banyawangi Lukman Hadi Abdillah selaku founder pada Sarasehan tersebut menegaskan. Gusdurian akan tetap menyalakan semangat Demokrasi yang berlandas pada pemikiran Gus Dur.

"Gus Dur adalah sosok dengan pemikiran tajam. Tulisan Gus Dur dalam buku Demokrasi Seolah olah adalah bukti keresahan atas praktik Demokrasi di negeri ini yang nyaris mati. Tugas kita, rapatkan barisan mari selamatkan," tegas Lukman.

Sarasehan yang berlangsung hingga dini hari itu pun ditutup dengan Puisi Matinya Demokrasi yang langsung dibacakan oleh Lukman.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads