.webp)
Aktivitas pemungutan suara di salah satu TPS di Pacitan digambarkan berjalan lancar. Pemilih datang silih berganti memberikan suara. Warga yang datang lebih awal mendapat giliran lebih dulu untuk mencoblos. Sementara puluhan lainnya mengantre untuk giliran berikutnya.
Situasi tersebut mendadak berubah panik. Ini menyusul guncangan hebat yang melanda hampir seluruh wilayah Kota 1001 Gua. Gempa berkekuatan besar yang dipicu pergerakan lempeng Indoaustralia itu membuat pemilih yang antre di TPS kocar-kacir. Mereka spontan menyelamatkan diri.
Tampak beberapa orang berlindung di bawah meja. Ada pula yang bergegas menuju tempat aman dengan menelungkupkan dua telapak tangan untuk melindungi kepala. Sebagian lainnya kabur menuju tanah lapang sembari menjauhi tembok maupun bangunan tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sempat diwarnai suasana tegang, namun petugas KPPS tak ikut panik. Sambil memastikan aman dari dampak gempa, mereka juga mengamankan kotak suara. Hal itu penting untuk menjamin hak pilih warga terjaga. Kotak-kotak berwarna putih itu dibawa menjauh dari area TPS. Tujuannya untuk menghindari kerusakan akibat tertimba benda yang roboh.
Selama proses evakuasi, unsur TNI/Polri dan Linmas tampak berperan aktif membantu. Pun hingga gempa berakhir, Babinsa dan Bhabinkamtibmas turut melakukan pemulihan TPS yang sempat berantakan akibat bencana alam.
Tentu saja itu bukan kejadian sebenarnya. Drama tersebut merupakan penggalan adegan Sistem Pengamanan Kota (Sispamkota) Pilkada Jatim 2024 yang dihelat depan Kantor KPU Pacitan, Jl Veteran 66. Kegiatan simulasi tersebut merupakan antisipasi aparat keamanan guna memastikan pesta demokrasi berjalan lancar.
"Untuk menyiapkan personel kita sekaligus memastikan kesiapan sarana prasarana menghadapi Pilkada 2024 agar berlangsung dengan baik meskipun cuaca hujan," kata Kapolres Pacitan AKBP Agung Nugroho kepada wartawan di lokasi, Kamis (8/8/2024) siang.
Dimasukkannya isu bencana alam dalam Sipamkota, lanjut kapolres, karena Kabupaten Pacitan memiliki kerawanan tinggi terhadap ancaman Gempa dan Tsunami. Dengan begitu kesiapsiagaan semua pihak menjadi aspek penting yang harus dikedepankan. Oleh karena itu, polisi juga menggandeng lembaga terkait seperti halnya BPBD, Satpol PP, Pemadam Kebakaran, Dinas Kesehatan, dan unsur lain di lingkup pemkab.
"Jenis bencana alam lain yang kita waspadai adalah banjir maupun longsor. Apalagi pelaksanakan Pilkada berlangsung pada bulan November yang mana diperkirakan bersamaan musim hujan," tambah perwira polisi yang pernah mengenyam pendidikan di Britania Raya itu.
Masih menurut kapolres, potensi kerawanan lain yang menjadi perhatian adalah gesekan antar pendukung saat kampanye, tantangan medan saat distribusi logistik, serta potensi konflik pascapenghitungan suara. Simulasi yang dilaksanakan juga diharapkan memberi gambaran konkret operasional aparat dalam menjaga berlangsungnya pilkada.
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Erwin Andriatmoko menyambut baik dimasukkannya isu kebencanaan, khususnya Gempa dan Tsunami dalam Sispamkota. Hal itu menunjukkan bahwa semua pemangku kepentingan telah memiliki kesadaran yang sama terhadap mitigasi bencana.
Selama ini, lanjut Erwin, pihaknya juga terlibat langsung dalam membantu kelancaran tahapan pemilu. Termasuk salah satunya saat distribusi logistik. Lembaga yang dipimpinnya turut menyampaikan informasi berkenaan informasi prakiraan cuaca, penyiaagaan personel dan sarana pendukung untuk memastikan pengangkutan logistik lancar.
"Saya kira kesiapsiagaan bencana harus dimulai dari diri kita sendiri, lalu lembaga kita masing-masing karena bencana adalah urusan bersama. Dengan demikian akan terbangun sinergi dalam rangka kelancaran agenda demokrasi ini," ujar lulusan STPDN yang pernah menjabat Camat Tulakan ini.
(abq/iwd)
