IDAI Tegaskan Bukan Susu UHT Penyebab Diabetes Anak, Tapi Gaya Hidup

Kabar Kesehatan

IDAI Tegaskan Bukan Susu UHT Penyebab Diabetes Anak, Tapi Gaya Hidup

Devandra Abi Prasetyo - detikJatim
Senin, 05 Agu 2024 17:21 WIB
Close-up Of Doctor Measuring Blood Sugar Of Child Patient With Glucometer
Foto: Getty Images/iStockphoto/AndreyPopov
Surabaya -

Viral kutipan penyebab diabetes dan gagal ginjal pada anak diakibatkan konsumsi susu UHT. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) meluruskan kutipan yang viral tersebut

dr Piprim menegaskan bahwa penyebab meningkatnya diabetes tipe 2 bukan karena susu UHT, namun lebih pada gaya hidup yang tidak sehat.

"Padahal yang dimaksud adalah Diabetes tipe 2 yang mulai banyak terjadi pada anak remaja disebabkan gaya hidup yang tidak sehat termasuk pola makan yang banyak asupan ultra processed food (UPF), tinggi gula, dan zat tambahan lainnya," tegas dr Piprim dalam klarifikasi yang disampaikan di akun Instagram, Senin (5/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perbanyak real food seperti ikan, unggas, daging, dan telur. Susu jangan dianggap superfood, sehingga ada yang memberi anaknya susu 8-10 botol sehari, batasi aja 200 ml sehari," lanjutnya.

Mengenai kutipan yang viral, dr Piprim mengaitkannya dengan wawancara pada sebuah acara. Dalam perayaan Hari Anak Nasional 2024 di Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2024), dr Priprim memang sempat menyinggung kenaikan kasus diabetes serta gagal ginjal pada anak.

ADVERTISEMENT

"Naik 70 persen. Masalah diabetes (anak) tipe 1 memang ada kenaikan, salah satu penyebabnya adalah deteksinya bagus," ujar dr Piprim dalam wawancara tersebut.

"Kalau tipe 2 (meningkat) karena lifestyle. Tidak dipungkiri sekarang ini kejadian obesitas meningkat pada anak-anak. Sekitar 80 persen anak diabetes itu disertai obesitas," sambungnya.

Terkait susu kemasan, dr Piprim dalam wawancara tersebut menjawab pertanyaan yang mengaitkannya dengan risiko diabetes pada anak. Soal pemberian makan pada anak, ia menekankan untuk mengurangi ultra processed food.

"Ya, susu (kemasan) mungkin komplementer saja, pelengkap saja. Tidak menjadi super food," ujar dr Piprim di kantor IDAI, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2024).

"Jangan dibiasakan anak-anak itu dengan ultra processed food sejak awal. Apalagi junk food, itu nanti macem-macem dampak kesehatannya, termasuk yang sekarang lagi heboh itu kena ginjal dan sebagainya. Saya kira kita mesti aware pada pemberian makanan pada anak-anak," tutup dr Piprim.

Artikel ini telah tayang di detikHealth, selengkapnya bisa dibaca di sini




(dpy/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads