Kris Dayanti adalah salah satu artis dengan popularitas luar biasa. Berbekal popularitasnya itu, Diva Indonesia itu masuk ke dunia politik hingga sempat menjadi anggota komisi IX DPR RI periode 2019-2024.
Pada Pileg 2024 Kris Dayanti kembali memantapkan diri maju mempertahankan posisinya. Namun, upayanya tak berbuah manis, Kris Dayanti gagal mengamankan kursinya di DPR RI.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Brawijaya (UB), Anang Sudjoko menyebut, kekalahan Kris Dayanti di Pileg 2024 lalu menjadi pertanyaan besar. Ada 2 kemungkinan yang membuat istri Raul Lemos itu gagal ke senayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama, terkait kemampuan dia dalam merawat konstituen-konstituen yang selama ini mendukung dia 5 tahun lalu. Artinya, kalau Kris Dayanti punya kemampuan merawat konstituen tentu masih dipercaya melenggang ke senayan, tapi kenyataanya tidak," ujarnya kepada detikJatim, Selasa (30/7/2024).
"Kedua, Kris Dayanti sempat tenar 'selebriti' pencalonan pemilu (5 tahun lalu) dia memiliki popularitas tinggi. Tetapi sekarang sebagai artis dia sudah tidak terlalu masuk di dunia popularitas seperti dulu. Artinya, ketika dia menjadi anggota legislatif, kemudian menjalankan dunia artis itu tidak menunjukkan sesuatu yang signifikan dalam proses demokrasi pada pemilihan legislatif," sambungnya.
Kendati demikian, kekalahan di Pileg 2024 lalu tidak membuat Kris Dayanti berhenti di dunia politik. Dia membulatkan tekad maju di Pilwali Batu 2024 hingga resmi dapat surat tugas dari DPP PDIP.
Apakah popularitasnya sebagai artis masih bisa membantunya memenangkan kontestasi Pemilihan Wali Kota Batu 2024 mendatang?
Menjawab pertanyaan tersebut, Anang mengatakan peluang Kris Dayanti meraih posisi Wali Kota Batu bergantung tipikal masyarakat dalam memilih pemimpin untuk 5 tahun ke depan.
"Tentu kita akan melihat tipologi atau tipikal karakter masyarakat Kota Batu dulu. Apakah kemudian masyarakat Kota Batu akan memilih hanya berkaitan popularitas saja yang selanjutnya akan masuk ke elektabilitas?" Ujarnya.
"Atau sebaliknya masyarakat Kota Batu itu sudah memiliki literasi politik dalam memilih bahwa pemimpin itu bukan hanya mampu merepresentasikan keinginan masyarakat kota batu, tetapi juga harus memiliki leadership yang cukup bagus," sambungnya.
Ia menegaskan bahwa meski Kris Dayanti pernah menjabat sebagai anggota legislatif belum tentu bisa menjadi bekal memimpin pemerintahan. Tugas eksekutif dalam hal ini kepala daerah sangatlah kompleks.
"Seorang eksekutif berbeda dengan legislatif karena legislatif hanya menyerap suara dan menyampaikan, menegosiasi, selesai. Tetapi kalau berbicara birokrasi, kepala daerah lebih kompleks," terangnya.
"Masalah integritas dan kapabilitas, saya melihat Kris Dayanti tidak memiliki kemampuan ke arah itu," sambungnya.
(dpe/iwd)