Perubahan iklim global memberikan tantangan, termasuk sumber air. Di Surabaya, perubahan iklim juga membuat dampak pada debit air di hulu sumber sungai.
"Mulai tahun ini, kami merasakan dampak langsung dari perubahan iklim. Sungai Brantas, yang menjadi sumber air baku kami, mengalami penurunan debit air," kata Direktur Operasional PDAM Surya Sembada Surabaya Nanang Widyatmoko, Sabtu (27/7/2024).
Menurutnya, perubahan hulu sungai perlu diperhatikan dan menjaga lingkungan. Dengan begitu dapat menjaga kualitas air konsumsi masyarakat di tengah ancaman perubahan iklim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, secara kapasitas air masih mencukupi kebutuhan. Namun menyusutnya air di hulu membuat pintu air di Jagir yang biasanya dibuka lebar, harus direm untuk menjaga debit air.
"Ini menyebabkan aliran air tidak deras seperti normalnya dan mempengaruhi cara pembersihan polutan hingga 4 kali sampai airnya layak digunakan masyarakat. Penurunan debit air sehingga kadar polutan semakin tinggi. Ini memaksa kami melakukan upaya ekstra dalam pengolahan air," jelasnya.
Pada pengolahan air dengan kondisi tersebut dibutuhkan biaya besar, khususnya bahan kimia dan listrik. Bila warga hemat menggunakan air, PDAM pun tidak perlu memproduksi air dalam jumlah yang banyak.
"Tentunya akan mengurangi beban biaya pengolahan," ujarnya.
Diketahui PDAM Surya Sembada Surabaya memanfaatkan sumber air Brantas guna memenuhi kebutuhan masyarakat dengan debit 12.000 liter per detik. Kemudian sumber air plintihan Pasuruan 300 liter per detik, serta sumber air Umbulan sekitar 700 liter per detik.
(abq/fat)