SMAN 5 Surabaya Sudah Tak Terapkan Jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Tapi ...

SMAN 5 Surabaya Sudah Tak Terapkan Jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Tapi ...

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 19 Jul 2024 06:30 WIB
SMA Negeri 5 Surabaya.
SMA Negeri 5 Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meniadakan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Peniadaan ini menjadi bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka.

Ternyata SMAN 5 Surabaya sudah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak tahun ajaran 2022/2023. Siswa kelas X masih mendapatkan semua mata pelajaran (Mapel), kemudian kelas XI dan XII sudah tidak ada penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa.

Waka Kurikulum SMAN 5 Surabaya Ari Damari mengatakan pada penerapan Kurikulum Merdeka yang sudah dijalankan pada tahun ketiga ini juga mengalami kendala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antaranya, siswa yang asal memilih mata pelajaran pilihan atau ikut-ikutan teman dan tidak mempertimbangkan pada masa depannya ketika mau mendaftar ke perguruan tinggi.

"Kendalanya dengan anak itu bebas milih sak karepe dewe (semaunya sendiri). Itu juga ada efek jeleknya juga ke perguruan tinggi yang harusnya linier," kata Ari saat ditemui detikJatim di SMAN 5 Surabaya, Kamis (18/7/2024).

ADVERTISEMENT

Mengetahui kendala itu, pihak sekolah memberikan pengarahan kepada siswa sejak kelas X melihat dari minat dan bakatnya. Siswa pun diwanti-wanti tidak salah pilih mata pelajaran.

"Makanya ada namanya kelompok-kelompok mapel. Contohnya kalau di perguruan tinggi teknik itu dibutuhkan matematika dan fisika, akhirnya kami arahkan, beri penjelasan kalau ingin ke teknik arahnya harus pilih fisika dan matematika pilihan lanjut, keduanya apa, kan gitu," jelasnya.

Ari mengatakan tidak hanya itu saja kendala yang dihadapi. Kendala lainnya terjadi pada anak dan orang tua yang memiliki perbedaan dalam hal pemilihan mata pelajaran.

SMA Negeri 5 Surabaya.SMA Negeri 5 Surabaya. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)

Bila mendapati kendala seperti ini, bagian Bimbingan Konseling (BK) yang akan membantu dengan memanggil wali murid. Agar nantinya tidak ada penyesalan ketika sudah memilih dan menjalani mapel yang dipilih.

"Kadang-kadang itu siswa ingin A tapi orang tua ingin B, padahal kemampuannya A. Itu di ranah BK ada penyelesaian. Kalau psikotes (mengarah) IPA tapi ngotot IPS, terus orang tuanya ngotot jurusan IPA, ternyata rapornya cenderung mapel IPS nya yang tinggi, ini kan harus ada pertemuan. Ada itu," urainya.

Sementara Kepala Sekolah SMAN 5 Surabaya Sukirin Wikanto mengatakan saat siswa diterima PPDB di SMAN 5 terdapat tes diagnostik atau psikotes.

"Hubungannya dengan mapel pilihan, kami sudah kenalkan kurikulum di SMAN 5. Anak-anak berlomba-lomba mau kemana dan pilih apa. Sudah diframe dari awal," kata Sukirin.

Sukirin juga menyadari bila terkadang ada perbedaan pilihan antara anak dengan orang tua. Namun, tidak semua anak yang berbeda pilihan memiliki nilai akademik buruk pada mapel yang tidak ingin diambil.

"Kadang ada nilai IPA nya bagus tapi bisa masuk ke lainnya. Tapi orang tuanya pengen IPA dan anaknya pengen arah IPS. Kemauan anak dan orang tua kadang beda, itu menjadi kendala," ujarnya.

Salah satu siswa SMAN 5 Surabaya kelas XII, Dianty Hanum mengatakan bila sudah merasakan Kurikulum Merdeka pada awal menjadi siswa karena masuk pada tahun ajaran 2022/2023. Ia mengaku tidak ada kendala dan justru memudahkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

"Ga ada kendala. Disuruh milih bebas, lebih enak buat kita masuk kuliah lebih gampng, karena dari awal belajar sesuai minat kita. Mulai mapel pilihan kelas XI, kelas X masih belajar semua umum. Sejauh ini orang tua percaya sama pilihan anaknya," kata Dianty.




(dpe/iwd)


Hide Ads