Ini 2 Tuntutan dalam Aksi Bela Prof BUS yang Dicopot Usai Tolak Dokter Asing

Aksi Bela Prof BUS Usai Dicopot Unair — Aksi bela Prof BUS yang dicopot dari jabatan Dekan FK Unair gegara tolak kebijakan Menkes datangkan dokter asing. (Foto: Dok. Esti Widiyana/detikJatim)

Surabaya -

Dokter-dokter di Surabaya kompak mengikuti Aksi Bela Prof BUS atau Prof Dr dr Budi Santoso SpOG FER, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair yang dicopot usai menolak kebijakan dokter asing. Ada 2 tuntutan disampaikan para dokter dalam aksi itu.

Kedua tuntutan itu tertulis dalam sejumlah spanduk yang dibawa peserta aksi yang digelar di halaman Gedung FK Unair Jalan Prof Dr Moestopo, Surabaya. Berikut ini detailnya.

Kembalikan Prof BUS sebagai Dekan FK Unair sekarang juga
Berikan kebebasan berpendapat untuk seluruh akademisi dan dokter Indonesia

Mantan Rektor Unair periode 2001-2006 Prof Dr dr Med Puruhito turut serta dalam aksi tersebut bahkan sempat menyampaikan orasi. Dalam orasinya, Prof Puruhito mempertegas dua tuntutan para dokter terhadap Rektor Unair.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nomor satu, kita menolak keputusan rektor yang menyatakan bahwa Prof BUS dihentikan jabatannya sebagai Dekan secara mendadak tanpa suatu sebab yang kita ketahui tidak ada yang mendukung bahwa dia harus dipecat," kata Prof Puruhito, Kamis (4/7/2024).

Berkaitan dengan penolakan kebijakan Rektor Unair itu dia sampaikan tuntutan agar jabatan Prof BUS bisa dikembalikan, sehingga Prof BUS bisa kembali memimpin FK Unair hingga berakhirnya masa jabatannya pada tahun 2025.

"Kami berharap nama baik beliau dikembalikan sebagai orang yang betul-betul concern terhadap pendidikan dokter Indonesia, memproduksi dokter yang baik dan sampai sekarang terbukti kita termasuk fakultas kedokteran tertinggi menurut saya, ya, tidak harus nomor satu. Kadang nomor dua tergantung tahunnya," jelasnya.

Setelah menggelar aksi "Bela Prof BUS", Prof Puruhito akan menanyakan kepada pimpinan Unair dasar memberhentikan Dekan FK.

"Sampai sekarang kami belum jelas apa sih yang mendasari beliau bertindak secepat itu. Coba ada prosedurnya harusnya SP1, SP2 dan seterusnya itu tidak ditempuh. Saya mantan rektor, administrator, tahu prosedur itu yang sampai sekarang tidak diberlakukan, pada pemecatan penghentian Prof Bus ini itu yang kami sesalkan," jelasnya.