7 Fakta Menarik tentang Ngawi

7 Fakta Menarik tentang Ngawi

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Rabu, 12 Jun 2024 16:00 WIB
Pekerja memotong rumput di kawasan wisata Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem di Ngawi, Jawa Timur, Kamis (19/1/2023). Benteng peninggalan Belanda tersebut telah rampung direnovasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dari biaya Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp125 milliar yang pelaksanaannya mengadopsi
Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Ngawi -

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu gerbang Jawa Timur karena letaknya di ujung barat dan berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Nama kabupaten ini diambil dari tumbuhan bambu yang disebut awi dan diberi imbuhan depan sehingga bernama Ngawi.

Letaknya yang strategis dekat dengan Bengawan Solo dan terdapat persimpangan ke Bengawan Madiun, menjadikan Ngawi sejak zaman dahulu menjadi pusat kehidupan manusia. Selain itu, roda ekonomi juga berputar di kabupaten ini saat masa kolonial.

Fakta Unik Kabupaten Ngawi

Penasaran dengan Kabupaten Ngawi. Berikut adalah fakta unik tentang Kabupaten Ngawi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Tradisi Perang Nasi

Perang nasi adalah salah satu tradisi unik yang dilakukan masyarakat Desa Pelang Lor, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Tradisi ini digelar warga seusai musim panen kedua setiap tahun.

Tradisi perang nasi dilakukan dengan cara mengumpulkan nasi yang sudah dibungkus bersama dengan berbagai lauk pauk secara sukarela. Biasanya, nasi yang terkumpul bisa mencapai ratusan bungkus. Makin banyak jumlahnya berarti makin bagus hasil panennya.

ADVERTISEMENT

Perang dimulai, nasi-nasi tersebut akan digunakan sebagai amunisi untuk saling lempar antarwarga. Nasi yang masih bersih kemudian akan dimakan, sementara yang kontor akan dibersihkan dan diberikan kepada ayam.

Tradisi perang nasi merupakan wujud rasa syukur terhadap hasil panen ke dua dan sebagai wujud tolak bala masyarakat setempat.

2. Wedang Dicampur Bawang Goreng

Wedang kerap dijadikan minuman untuk menghangatkan badan. Ngawi juga memiliki wedang penghangat badan bernama cemue. Menariknya, minuman ini ditaburi bawang merah goreng saat penyajiannya.

Terdengar tak lazim, namun rasanya tetap enak. Gurihnya santan, manisnya gula tebu, pedasnya jahe, lembutnya potongan roti tawar, ditambahkan taburan kacang dan bawang goreng bersatu di dalam mulut dan menghangatkan tubuh. Wedang cemue bisa dijumpai di Alun-alun Ngawi.

3. Air Terjun Pengantin

Air Terjun Pengantin sebenarnya memiliki nama Air Terjun Suwono. Letaknya di Desa Hargomulyo, Kecamatan Ngrambe, Ngawi.

Disebut sebagai Air Terjun Pengantin sebab ada sepasang air terjun yang berdampingan secara alami. Ada kepercayaan yang mengatakan jika sepasang kekasih datang ke tempat ini dan menyentuh airnya, hubungan mereka akan kian langgeng.

Suasana alam dan pemandangan di tempat ini sangat asri. Selain itu, airnya juga sangat segar sebab sumbernya dari Gunung Lawu.

4. Tempat Lahir Seniman Terkenal

Siapa yang tak kenal sang maestro campursari, Didi Kempot? Rupanya, musisi ini dilahirkan di Ngawi loh! Saat meninggal dunia, penyanyi legenda ini juga dimakamkan di Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi.

Selain Didi Kempot, pelawak Srimulat Mamiek Prakoso juga lahir dan dikebumikan di Ngawi. Mereka berdua adalah kakak-adik seniman hebat dari Ngawi yang sama-sama meninggal dunia di usia ke-53.

5. Tempat Ditemukannya Fosil Purba

Satu juta tahun yang lalu, Trinil adalah kawasan di lembah Bengawan Solo yang menjadi pusat kehidupan zaman purba Pleistosen Tengah. Saat ini, nama Trinil dijadikan nama museum di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi yang menyimpan banyak jejak sejarah zaman purba.

Di area Museum Trinil, ditemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus oleh seorang dokter Belanda bernama Eugene Dubois di tahun 1891. Selain itu, di tempat ini juga ditemukan fosil gajah purba dan banteng. Penemuan tersebut tersimpan di Museum Nasional, sementara replikanya ada di Museum Trinil.

6. Rumah Ketua BPUPKI

dr Radjiman Wedyodiningrat adalah Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI. Badan ini dibentuk Jepang untuk menarik perhatian para bumiputera pada 1 Maret 1945 hingga 7 Agustus 1945 kemudian digantikan oleh PPKI.

Sang Ketua BPUPKI tinggal di Dusun Dirgo, Desa Kauman, Kecamatan Widodaren, Ngawi dari tahun 1934. Ia yang merupakan dokter mengabdikan diri di daerah tersebut sebagai dokter kandungan dan ahli penyakit pes. Saat ini, tempat tinggalnya menjadi salah satu situs sejarah di Ngawi.

7. Tari Orek-orek

Tari orek-orek merupakan tari tradisional yang sering dipentaskan di acara-acara pemerintahan. Tari ini dimainkan oleh 4 atau 8 pasang laki-laki dan perempuan. Gerakannya dinamis dengan iringan gamelan laras slendro.

Tari ini menceritakan tentang masa penjajahan Belanda. Kala itu, pemuda diminta bekerja rodi untuk membangun jalan Anyer hingga Panarukan. Seusai bekerja, para pemuda mengadakan acara menari bersama untuk melepas penat.

Artikel ini ditulis oleh Ardian Dwi Kurnia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads