Mengenal Mitigasi Krisis Air: Penyebab, Dampak dan Upayanya

Mengenal Mitigasi Krisis Air: Penyebab, Dampak dan Upayanya

Alifia Kamila - detikJatim
Minggu, 12 Mei 2024 17:00 WIB
Ilustrasi air dingin
Ilustrasi air (Foto: Getty Images/PhotoTalk)
Surabaya -

Krisis air menjadi salah satu ancaman global yang perlu diperhatikan. Isu ini nantinya yang akan menjadi salah satu pembahasan dalam 10th World Water Forum (WWF).

Berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), krisis air merupakan pembahasan penting WWF. Sebab, fenomena ini terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Bahkan, hal tersebut telah menjadi krisis global yang perlu dicari jalan keluarnya.

Apa itu WWF?

Dihimpun dari laman resminya, World Water Council, sebuah organisasi internasional yang berfokus untuk mengatasi isu-isu air global membentuk forum internasional bernama World Water Council. Pertama kali terselenggara pada tahun 1997, forum ini kemudian diadakan setiap tiga tahun sekali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WWF menjadi ajang para pemangku keputusan dari mancanegara untuk berkolaborasi membuat kemajuan dalam mengatasi tantangan air global. Tahun ini merupakan WWF ke-10 yang mengangkat tema Water for Shared Prosperity atau Air untuk Kemakmuran Bersama.

WWF ke-10 akan diselenggarakan di Indonesia. Tepatnya, pada puncak acara digelar di Bali pada 18 sampai 24 Mei 2024. Sebagai tuan rumah, Indonesia telah mempersiapkan tiga tahapan penyelenggaraan yang terdiri atas Thematic Process, Regional Process, dan Political Process.

ADVERTISEMENT

Indonesia tercatat sebagai negara ke-10 yang ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan WWF. Pada 1997, Marrakesh, Maroko menjadi tuan rumah pertama WWF. Selanjutnya, ada Den Haag, Belanda (2000), Kyoto, Jepang (2003), Kota Meksiko, Meksiko (2006), Istanbul, Turki (2009), Marseille, Prancis (2012), Daegu-Gyeongbuk, Korea Setalan (2015), Brasilia, Brasil (2018), dan Dakar, Senegal (2022).

Penyebab dan Dampak Krisis Air

BMKG menyebut, peningkatan emisi gas rumah kaca menjadi penyebab utama krisis air. Ini berdampak pada peningkatan laju suhu udara yang mengakibatkan pemanasan global yang terus berlanjut hingga berdampak pada fenomena perubahan iklim.

Perubahan iklim ini nantinya memicu berbagai krisis, seperti krisis air, pangan, bahkan energi. Selain itu, frekuensi, intensitas, dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi turut meningkat.

Apabila dibiarkan, BMKG menyebutkan krisis air akan menimbulkan dampak lainnya, yakni krisis pangan, krisis energi, dan krisis sosial. Menurut laporan World Meteorological Organization (WMO), berbagai krisis ekstrem ini telah terjadi di berbagai belahan dunia.

Oleh karena itu, mitigasi dan adaptasi secara sistematis terhadap isu-isu yang berkaitan dengan air sangat diperlukan. Ini dilakukan melalui observasi, monitoring, dan pengumpulan data.

Data-data yang telah dikumpulkan kelak menjadi landasan bagi para pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan terhadap krisis air. Data tersebut pun bisa menjadi acuan untuk melakukan mitigasi sebelum bencana datang.

Upaya Mitigasi Krisis Air

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai bagian dari mitigasi krisis air, antara lain sebagai berikut.

1. Menghemat air

Salah satu langkah sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan tidak melakukan pemborosan pada penggunaan air. Detikers bisa mematikan kran atau saluran air ketika tidak digunakan. Selain itu, manfaatkan air yang dapa digunakan kembali, misalnya air cucian beras untuk menyiram tanaman.

2. Tidak membuang sampah di saluran air

Membuang sampah di saluran air berdampak pada kurangnya kualitas air. Sehingga, air yang didapat tidak bersih. Oleh sebab itu, membuang sampah pada tempatnya merupakan langkah yang bijak untuk mengatasi masalah ini.

3. Melakukan reboisasi

Pohon memiliki peran penting sebagai mitigasi krisis air. Akarnya berfungsi untuk menyerap air ke dalam tanah. Semakin banyak pohon yang ditanam, cadangan air yang tersimpan akan semakin banyak.

4. Membuat tempat penampungan hujan

Selain reboisasi, menampung air hujan dapat menjadi alternatif lain. Membangun tempat penampungan air hujan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kesediaan air. Terlebih, ini juga sebagai langkah mencegah krisis air.

Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads