- Kronologi Lengkap Istri di Ngawi Meninggal Usai Cabut Gigi 28 Desember 2023, Cabut Gigi di Klinik Gigi Walikukun 1 Januari 2024, Infeksi Sudah Menjalar dan Harus Opname 15 Januari 2024, Infeksi Menjalar ke Paru-Paru 30 Februari 2024, Operasi Torakotomi 27 April 2024, Meninggal Usai Mengalami Sesak Napas
Davin Ahmad Sofyan (28), warga Desa Gendingan, Kecamatan Widodaren, Ngawi merasakan pilu ditinggal selamanya oleh istrinya Nira Pranita Asih (31). Sang istri meninggal usai menjalani cabut gigi geraham.
Rangkaian peristiwa cabut gigi berujung maut itu terjadi sejak sang istri menjalani operasi cabut gigi pada 28 Desember 2023 yang berujung pada radang di gusinya. Setelah itu, radang imbas cabut gigi yang dialami Almarhum Nira terus menjalar ke bagian tubuh lainnya hingga ke paru-paru.
Berikut ini kronologi lengkap peristiwa cabut gigi hingga Davin harus merelakan kepergian istri tercintanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kronologi Lengkap Istri di Ngawi Meninggal Usai Cabut Gigi
28 Desember 2023, Cabut Gigi di Klinik Gigi Walikukun
Karena mengalami masalah gigi hingga sering mengeluh pusing, Nira meminta diantar ke salah satu klinik gigi yang ada di Walikukun, Kecamatan Widodaren, Ngawi. Dokter di klinik itu menyarankan istri Davin untuk rontgent. Hasilnya, dokter itu menyarankan gigi geraham Nira dicabut.
"Setelah dicabut itu, terjadi bengkak di bagian gigi belakang. Setelah 2 hari bengkak semakin membesar. Akhirnya kami bawa ke Panti Waluyo Solo. Ditemukan radang di sana. Lalu dirawat jalan, tapi tidak semakin membaik malah makin buruk," kata Davin, Kamis (9/5/2024).
Khawatir dengan kondisi istrinya, Davin membawa Nira ke rumah sakit JIH di Solo. Di sana dokter menemukan bahwa radang imbas cabut gigi geraham itu sudah membengkak sampai leher.
"Kami larikan ke RS JIH Solo, ditemukan radang sudah membengkak sampai leher," ujarnya.
1 Januari 2024, Infeksi Sudah Menjalar dan Harus Opname
Nira sempat menjalani perawatan di RS JIH Solo. Kemudian pada 1 Januari Davin dan Nira memutuskan pulang ke Ngawi dan berkonsultasi ke salah satu dokter di sana. Dokter itu menyatakan infeksi sudah menjalar ke mana-mana.
"Tanggal 1 Januari kami pulang ke Ngawi kami konsultasi lagi ke Dokter Nugroho. Dokter bilang infeksi sudah menjalar ke mana-mana, harus diopname. Setelah opname, infeksi itu ternyata sudah menjalar ke bagian leher dan timbul lah sesak napas," ujarnya.
Oleh dokter tersebut Davin disarankan untuk membawa istrinya ke rumah sakit yang lebih memungkinkan untuk menangani infeksi yang dialami oleh Nira. Davin kembali membawa istrinya ke rumah sakit di Solo.
"Akhirnya oleh Dokter Nugroho kami disarankan ke RS ya lebih memungkinkan atau lebih besar lah. Saya sendiri dan istri memutuskan kami ke RS dr Oen Solo," ujarnya.
![]() |
15 Januari 2024, Infeksi Menjalar ke Paru-Paru
Di RS Oen, istri Davin ditangani oleh sejumlah dokter. Mulai dari dokter spesialis bedah mulut dan dokter bedah umum. Setelah menjalani observasi, tim dokter itu menemukan bahwa infeksi sudah masuk pada bagian leher dan harus segera ada tindakan.
"Dokter yang mengobservasi menemukan infeksi sudah menjalar di bagian leher sehingga harus ada tindakan bedah di leher. Setelah bedah itu, sekitar 15 Januari ditemukan lagi infeksi di saluran pernafasan, akhirnya harus diobservasi lagi karena ada cairan di rongga paru," ujar Davin.
Tim dokter memutuskan Nira harus mendapatkan tindakan water sealed drainage (WSD), yakni tindakan medis untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga dada melalui selang. WSD mulanya dilakukan di rongga paru sebelah kiri.
"Setelah CT scan thorak, ternyata dokter juga menyatakan harus dilakukan WSD di rongga paru bagian kanan untuk mengeluarkan cairan. Totalnya yang dikeluarkan itu cairan sebanyak 2 liter," ujar Davin.
30 Februari 2024, Operasi Torakotomi
Kondisi Nira tidak semakin membaik. Tim dokter yang menangani menyimpulkan bahwa perlu adanya operasi torakotomi, yakni operasi bedah dada untuk menangani infeksi yang dialami.
"Saya diajak koordinasi apa saja yang terjadi setelah operasi torakotomi. Seperti meninggal dunia dan lain-lain. Sekitar 30 Februari operasi dilakukan. Semua lancar. Tapi istri saya harus dirawat di ICU, harus pakai ventilator, alat bantu napas itu," ujarnya.
Apa yang tidak diharapkan terjadi oleh Davin tetap terjadi. Setelah pemasangan ventilator itu Nira ternyata ketergantungan. Alat itu tidak bisa terpisahkan agar Nira bisa bertahan hidup.
"Istri saya ketergantungan pada alat bantu napas itu. Timbul lah masalah baru ventilator tidak bisa lepas dari istri saya. Akhirnya pihak rumah sakit mengusulkan melakukan trakeostomi, memasang alat bantu napas lewat leher," kata Davin.
27 April 2024, Meninggal Usai Mengalami Sesak Napas
Setelah pemasangan alat bantu pernapasan melalui lubang di lehernya, Nira dirawat di rumah. Davin sendiri yang merawat istrinya tercinta hingga tak terasa pria itu tiba di hari pemuncak kepiluannya pada akhir April 2024.
"Pada 27 April itu istri saya mengalami gejala sesak napas lagi. Saya bawa lagi ke RS dr Oen dan akhirnya istri saya mengembuskan napas terakhir di sana," kata Davin sembari menahan tangis.
Davin menduga kematian istrinya itu berkaitan dengan adanya indikasi kesalahan dilakukan dokter di Klinik Gigi Walikukun yang menangani pencabutan gigi geraham istrinya. Dia sempat menemui sang dokter dan meminta pertanggungjawaban.
"Tapi dokter itu menyatakan semua yang telah dia lakukan sudah sesuai dengan prosedur. Dia pun menyatakan tidak mau bertanggung jawab atas apa yang dialami oleh istri saya," ujarnya.
(dpe/iwd)