Salah satu tokoh buruh nasional asal Nganjuk, Jawa Timur adalah Marsinah. Buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya (CPS), di Desa Siring, Porong, Sidoarjo ini tewas secara misterius. Semasa hidup, ia dikenal gigih memperjuangkan hak buruh. Hingga ia dianugerahi penghargaan Yap Thiam Hien.
Lantas bagaimana sosok marsinah sebagai pahlawan buruh ini?
Dilansir detikNews, Marsinah dinyatakan sebagai pahlawan buruh karena keberaniannya, dalam peringatan Hari Buruh atau yang biasa disebut May Day namun jasa-jasanya seakan terlupakan. Makam Marsinah di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Apakah Hari Buruh 1 Mei 2024 Libur? |
Dia berjuang dan memimpin aksi unjuk rasa rekan-rekannya yang di PHK secara sepihak di tempatnya bekerja, PT CPS.
Perempuan asal Nglundo, Nganjuk ini pernah memimpin demonstrasi tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Unjuk rasa ini terjadi karena ada pelanggaran hak-hak buruh oleh pihak manajemen perusahaan.
Setelah menyerahkan surat protes, tanggal 5 Mei 1993 Marsinah menghilang. Lalu, pada 9 Mei 1993, jasadnya ditemukan dengan kondisi mengenaskan di Desa Jegong, Kecamatan Wilangan, Nganjuk. Menurut hasil autopsi, ia dinyatakan wafat pada 8 Mei 1993.
Kematian Marsinah semakin panas saat para aktivis, mahasiswa, buruh, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mempersoalkan kasus kematiannya. Lalu, polisi dan tentara mengusut kematiannya dengan menangkap 9 petinggi dan karyawan PT CPS.
Hasil persidangan, Mahkamah Agung membebaskan terdakwa pada 1995. Keputusan MA ini membuat para pendukung Marsinah kecewa dan membuat mereka terus menyuarakan tuntutan pada kasus ini.
Sepanjang hidupnya Marsinah dikenal gigih menyuarakan hak-hak kalangan buruh. sementara itu, kasus pembunuhan Marsinah menjadi salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di Indonesia dan menarik perhatian dunia.
(hil/fat)