Jeritan Sopir Angkot Surabaya di Tengah Impitan Pendapatan yang Tak Menentu

Jeritan Sopir Angkot Surabaya di Tengah Impitan Pendapatan yang Tak Menentu

Aprilia Devi - detikJatim
Sabtu, 27 Apr 2024 19:36 WIB
Angkot di Surabaya.
Angkot di Surabaya. (Foto: Aprilia Devi/detikJatim)
Surabaya - Alat transportasi semakin berkembang seiring perkembangan zaman dan teknologi. Ada berbagai pilihan transportasi umum dengan segala kemudahannya yang bisa digunakan sehari-hari.

Kehadiran ojek online tak bisa dimungkiri semakin menggeser keberadaan transportasi konvensional mulai angkutan kota (angkot), bus kota, ojek pangkalan, hingga becak. Apalagi saat ini banyak angkutan umum yang memanfaatkan internet untuk pembayaran maupun pemesanan.

Ojek dan taksi online, maupun bus dan feeder yang semuanya telah terintegrasi dengan internet. Jika tak ikut beradaptasi dengan perkembangan ini, maka transportasi konvensional bisa ditinggalkan pelanggan.

Seperti yang dirasakan beberapa sopir angkot di Surabaya. Perkembangan transportasi umum yang lebih modern dengan fasilitas internet membuat angkot tak lagi menjadi pilihan masyarakat.

Kendati demikian, kehadiran angkot masih cukup eksis di Surabaya. Hal ini yang membuat beberapa sopir angkot masih bertahan di tengah ketidakpastian pendapatan yang diperoleh setiap hari.

Salah satu sopir angkot yang dijumpai detikJatim di kawasan Joyoboyo, Syarif (55) mengatakan, saat ini pendapatannya semakin tak menentu. Bahkan, untuk mengembalikan modal uang bensin saja susah.

"Sekarang makin sepi, biasanya cuma dapat sekitar Rp 30 ribu. Untuk balikin uang bensin Rp 50 ribu saja nggak cukup. Tapi ya milih bertahan karena angkot ini juga sudah jadi punya pribadi," kata Syarif saat sedang menunggu penumpang, Sabtu (27/4/2024).

Saat dijumpai detikJatim, angkot Syarif sudah berhenti selama beberapa menit, namun hanya ada satu orang yang duduk di bangku penumpang. Ia pun tetap mengantarkan penumpang tersebut ke tujuannya, Demak.

Syarif sendiri sudah pernah mendapatkan tawaran untuk beralih menjadi sopir feeder Wira Wiri Surabaya. Namun, di usia senjanya ia mengaku sudah kesulitan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Alhasil ia pun memilih bertahan dengan angkot miliknya.

"Bertahan saja, karena mau dikemanain lagi. Sudah dianjurkan ke WirabWiri, tapi nggak sanggup karena umur, jadi jalan saja seadanya. Kalau angkotnya dijual sayang," kata pria paruh baya yang sudah menarik angkot sejak 1990 itu.

Hal serupa juga diungkapkan Elo (50), warga asal Surabaya yang masih memilih melajukan angkot miliknya. Harapan agar angkotnya kembali ramai rasanya sudah tak mungkin terwujud, namun ia tetap berjuang untuk menyambung hidup.

"Kalau dulu orang-orang cari angkot, sekarang angkot yang cari penumpang. Harapan saya sih pingin kayak dulu, tapi ya nggak mungkin. Semuanya sudah mengikuti zaman," katanya.

Masih ada beberapa angkot yang bertahan di tengah perkembangan zaman ini, termasuk di Kota Surabaya. Beberapa kawasan seperti di Terminal Joyoboyo masih menjadi titik pemberhentiannya. Tarif angkot sendiri saat ini mulai dari Rp 6.000 sesuai tujuannya.


(irb/dte)


Hide Ads