Kasus bullying (perundungan) marak terjadi di lingkungan sekolah, tempat kerja, maupun lingkungan rumah. Kasus bullying juga tak memandang usia, siapa saja bisa menjadi korban maupun pelaku. Simak pengertian bullying, penyebab hingga cara pencegahannya di bawah ini.
Pada akhir 2023, Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI) merilis Catatan Akhir Tahun (Catahu) 2023 yang di dalamnya juga termasuk angka kasus bullying. Berdasarkan data tersebut, terungkap perundungan di Indonesia selama 2023 mengalami peningkatan.
Selama periode tersebut, tercatat ada 30 kasus bullying yang terjadi di satuan pendidikan di bawah naungan Kemendikbudristek dan Kementerian Agama. Angka ini meningkat jika dibandingkan 2022 yang terdapat 21 kasus bullying.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Bullying
Mengutip dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, bullying merupakan bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang secara sengaja. Tujuan tindakan ini semata-mata hanya untuk menyakiti atau membuat tidak berdaya pihak lain.
Tidak hanya fisik, bentuk bullying juga dapat meliputi verbal, sosial, dan cyber. Bentuk bullying fisik biasanya menyasar tubuh korban dengan memukul, mendorong, mencakar, dan tindakan kekerasan lainnya. Sedangkan, bullying secara verbal bisa berupa intimidasi, ejekan, dan makian.
Perundungan juga bisa terjadi secara tidak langsung dengan menyebarkan rumor hingga menjauhi seseorang tanpa alasan yang jelas. Bentuk bullying tidak langsung ini termasuk ke dalam perundungan secara sosial.
Seiring perkembangan teknologi, bullying pun merambah dunia cyber. Tak jarang menemukan sebuah akun melontarkan kata-kata kebencian, sindiran, hingga intimidasi melalui foto atau video yang disebarkan.
Penyebab Bullying
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya bullying. Berikut beberapa faktor-faktor penyebab bullying yang perlu diketahui agar terhindar dari sikap tidak terpuji tersebut.
1. Lingkungan Keluarga
Faktor pertama bisa datang dari internal keluarga. Kondisi keluarga yang tidak kondusif seperti menghukum anak terlalu berlebihan, dapat mendorong seseorang melakukan bullying. Hal ini karena anak menganggap perilaku tersebut merupakan hal wajar.
2. Lingkungan Pertemanan
Interaksi antaranak juga dapat mendorong perilaku bullying. Ada kalanya, seorang anak ingin terlihat lebih kuat dan berkuasa sehingga mereka tak segan bergabung ke dalam kelompok yang melakukan bullying.
Fenomena ini sering ditemukan di dalam satuan pendidikan. Kelalaian pihak sekolah dalam menghadapi kasus bullying juga menjadi salah satu faktor masih meningkatnya kejadian ini di lingkungan pendidikan.
3. Lingkungan Sosial
Bullying dapat terjadi karena suatu kondisi lingkungan atau status sosial. Bagi yang ada di kawasan menengah atas, bullying biasa terjadi dengan melakukan pengucilan kepada anak yang memiliki status sosial lebih rendah.
Di lain sisi, bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan, mereka bisa terdorong menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya dengan memalak teman sebayanya.
4. Media Massa
Televisi, media cetak, hingga media sosial juga berpengaruh membentuk perilaku bullying. Hal ini disebabkan adegan kekerasan yang ditampilkan media sosial sehingga anak cenderung meniru perilaku tersebut.
Cara Mencegah Bullying
Dalam mencegah perilaku bullying, diperlukan kerja sama dari beberapa pihak. Namun, orang tua sebagai lingkungan terdekat anak berperan penting dalam membangun karakter sebuah anak. Ingin mengetahui lebih dalam mengenai cara pencegahan bullying? Berikut cara-caranya.
1. Pendidikan Karakter Melalui Keluarga
Cara efektif dalam pencegahan bullying dapat dimulai dari menanamkan karakter penuh kasih sayang sejak dini. Selain itu, orang tua juga dapat menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang lebih kondusif.
Orang tua tidak diperkenankan menunjukkan kekerasan. Dengan begini, seorang anak dapat mencontoh perilaku orang tuanya dan menanamkan perilaku kasih sayang di dalam dirinya.
2. Pencegahan Melalui Sekolah
Peran institusi pendidikan untuk mencegah kasus bullying juga tak kalah penting. Pihak sekolah dapat membangun komunikasi yang efektif antara guru dan murid.
Dengan begitu, murid bisa leluasa menceritakan kondisi yang sedang dialaminya. Sekolah juga bisa membuat peraturan yang melindungi korban bullying dan memberi efek jera kepada pelaku.
3. Sistem di Masyarakat
Selain pihak keluarga dan sekolah, peran masyarakat juga diperlukan. Pencegahan bullying dapat berjalan semakin efektif dengan membangun kelompok masyarakat yang lebih sadar akan perlindungan anak.
Upaya ini dapat diwujudkan dengan beberapa cara. Salah satunya dengan memaksimalkan Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat (PATBM) yang telah dibentuk pemerintah.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/irb)