Dinkes Kabupaten Blitar mencatat ada 538 kasus demam berdarah (DBD) dalam empat bulan terakhir. Tujuh pasien di antaranya meninggal dunia.
"Untuk kasus demam berdarah memang mengalami kenaikan dari Januari sampai dengan Maret. Kemudian di April ini sudah mulai menurun," kata Kadinkes Kabupaten Blitar dr Christine Indrawati kepada detikJatim, Selasa (23/4/2024).
Christine menyebutkan ada sekitar 538 kasus demam berdarah selama empat bulan terakhir. Rinciannya, 74 kasus di Januari, 157 kasus di Februari, 230 kasus di Maret dan 77 kasus hingga 22 April 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Total kasusnya ada sekitar 538 kasus, sampai dengan 22 April ini. Kemudian untuk yang meninggal ada sekitar 7 orang pasien," terangnya.
Berdasarkan hasil evaluasi, kata Christine, penyebab tingginya kasus meninggal dunia akibat DBD, dimungkinkan karena terlambat penanganan. Itu setelah pasien tidak segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ada pula beberapa warga yang beranggapan hanya demam biasa.
"Mungkin awalnya dikira sakit biasa, akhirnya proses pengobatannya terlambat. Padahal DBD itu ada gejalanya, misalnya demam tinggi selama tiga hari," ujarnya.
Sedangkan untuk kenaikan jumlah kasus DBD meningkat, lanjutnya, hampir terjadi di sejumlah daerah. Itu termasuk dalam siklus lima tahunan yang dipengaruhi oleh faktor cuaca ekstrem.
Dinkes Kabupaten Blitar mengimbau agar masyarakat waspada dengan penyebaran kasus DBD. Masyarakat diminta menggalakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan rajin menguras tandon air dan menjaga kebersihan lingkungan.
"Kami minta masyarakat lebih menggalakkan kebersihan lingkungan. Adapun fogging hanya dapat dilakukan apabila terdapat kematian kasus, dan itu hanya untuk membunuh nyamuk dewasa. Sehingga sarang nyamuk hanya bisa dicegah, dengan penerapan PSN," tandasnya.
(dpe/iwd)