Pemkot Mojokerto Gandeng Rekosistem Kelola Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular

Pemkot Mojokerto Gandeng Rekosistem Kelola Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Senin, 22 Apr 2024 23:45 WIB
Penandatanganan kerja sama pengelolaan sampah bebasis ekonomi sirkular.
Penandatanganan kerja sama pengelolaan sampah bebasis ekonomi sirkular. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Kota Mojokerto -

Pemkot Mojokerto menjalin kerja sama dengan Rekosistem atau PT Khazanah Hijau Indonesia merintis pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular menjadi energi (waste to energy). Kerja sama ini diharap menambah nilai ekonomi bagi masyarakat dan Kota Mojokerto bebas sampah bisa terwujud.

Penandatanganan kerja sama pengelolaan sampah ini digelar di Rumah Rakyat, Jalan Hayam Wuruk. Kerja sama melibatkan Pemkot Mojokerto, Rekosistem, konsorsium perusahaan Jepang di Indonesia di bawah naungan Japan Clean Ocean Material Alliance (CLOMA).

Tidak hanya itu, kerja sama ini juga didukung pula oleh Japan International Cooperation Agency (JICA). Konsorsium perusahaan Jepang terdiri dari Ajinomoto, Marubeni, Panasonic, Unicharm, dan Yakult. Sedangkan Rekosistem atau PT Khazanah Hijau Indonesia ialah perusahaan startup climatetech dan ekonomi sirkular.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sampah setiap hari diproduksi masyarakat, populasi juga terus bertambah sehingga produksi sampah semakin banyak. Maka harus dimanajemen dengan baik dari hulu sampai hilir dan melibatkan semua elemen strategis, tidak hanya pemerintah," kata Pj Wali Kota Mojokerto Moh Ali Kuncoro kepada wartawan di lokasi, Senin (22/4/2024).

Ali menjelaskan, Kota Mojokerto berpenduduk sekitar 141.000 jiwa dan luas wilayah 20,48 Km persegi, menghasilkan 98,3 ton sampah/hari. Sehingga setiap tahunnya kota yang hanya mempunyai 3 kecamatan ini menghasilkan 35.879 ton sampah.

ADVERTISEMENT

"Ini harus ada upaya cepat, kami gandeng pihak ketiga yang fokus penanganan sampah. Kami ketemu PT Khazanah Hijau Indonesia," terangnya.

Persoalan sampah di Kota Mojokerto menurut Ali harus diselesaikan dari hulu hingga hilir. Di bagian hulu masyarakat harus mempunyai pengetahuan untuk memilah sampah dengan baik. Pemilahan sampah harus dilakukan demi mengurangi beban TPA Randegan.

Sebagai tahap awal, kerja sama Pemkot Mojokerto dengan Rekosistem bakal diterapkan di TPS Magersari. Selanjutnya, kerja sama dikembangkan ke 13 TPS lainnya sehingga menyentuh semua wilayah Kota Mojokerto. Ia berharap kerja sama ini bisa menambah nilai ekonomi untuk masyarakat.

"Kami sama-sama sepakat 5 tahun ke depan Kota Mojokerto harus zero waste (bebas sampah). PT Khazanah Hijau Indonesia menata timeline schedule-nya seperti apa. Itu yang harus kami capai," jelasnya.

Co-Founder dan Chief Executive Officer Rekosistem, Ernest Layman menuturkan, kerja sama dengan Pemkot Mojokerto pada tahap awal diterapkan di TPS Magersari. TPS seluas 1.940 meter persegi ini mempunyai kapasitas 1.800 ton sampah setiap tahun. Sedangkan tingkat daur ulang anorganik (recycling rate) di TPS ini sebesar 30%.

Menurutnya, pengelolaan sampah di TPS Magersari menggunakan pendekatan ekonomi sirkular dan waste to energy. Teknologi digital juga diterapkan untuk mengumpulkan, meningkatkan daur ulang, melaporkan data yang komprehensif, serta memantau secara real time.

"Target awal pengurangan sampah sampai 2025 atau tahun pertama 30% dari total sampah. Target 5 tahun ke depan baru kami tentukan melihat hasil di 2025," terangnya.

Jika berbicara realistis, lanjut Ernest, butuh waktu lebih dari 5 tahun bagi Kota Mojokerto menjadi bebas sampah. Pada fase pertama sampai 2025, pihaknya fokus pemulihan sampah. Yaitu memilah sampah yang bisa didaur ulang dengan yang tidak bisa didaur ulang.

"Kami gunakan sistem pemilahan yang baik, sistem insentif yang baik, dan kerja sama yang baik dengan pabrik-pabrik daur ulang," jelasnya.

Sedangkan pengolahan sampah organik, kata Ernest, bakal dikerjakan pada fase kedua setelah tahun 2025. Sampah organik nantinya diolah menjadi pupuk kompos, pakan manggot, serta menjadi kombinasi untuk bahan bakar jumputan padat (BPJP) sebagai pengganti batubara.

"Fokus kami ke sampah daur ulang dulu. Pemilahan penting karena setiap mesin pengolahan punya spesifikasi beda-beda untuk setiap jenis sampah," cetusnya.

Sementara, Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya, Takeyama Kanichi mengapresiasi meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap lingkungan hidup. Ia juga senang banyak perusahaan Jepang berpartisipasi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah plastik.

"Saya berharap sistem pengolahan sampah dari Jepang disambut baik dan memecahkan masalah sampah di Mojokerto," tandasnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads