Sekitar 30 anak logam di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi semburat saat sejumlah petugas kepolisian menghampiri mereka. Mereka kaget karena takut kena razia.
"Saya tadi mau lari, karena dipanggil pak polisi," kata Darun salah satu anak logam, Senin (8/4/2024).
Sementara Deni (19), dengan mata sayunya mengaku tak punya pilihan. Sejak usia 10 tahun telah menjadi anak logam, orang tuanya bekerja sebagai pedagang keliling hanya cukup untuk makan sehari-hari sementara untuk sekolah dan kebutuhan lain, Deni mencoba membantu kedua orang tuanya dengan menjadi anak logam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehari kadang 50 ribu, nggak pasti, kadang nggak sampai. Tahu bahaya, tapi mau bantu orang tua," ungkap Deni.
Polresta Banyuwangi ternyata tak mau merazia. Mereka punya cara unik untuk memberikan edukasi terkait bahaya beraktivitas di area sandar kapal tersebut. Salah satunya dengan mengajak anak-anak logam itu untuk buka puasa bersama.
Kapolresta Banyuwangi Kombes Nanang Haryono mengungkapkan, edukasi yang baik kepada anak logam yaitu dengan jalan pendekatan humanis. Mereka melakukan aktivitas tersebut karena himpitan ekonomi, meski demikian hal tersebut perlu diberikan pemahaman terkait resiko keselamatan.
"Hidup mereka ini berbahaya, beresiko tinggi. Otoritas Pelabuhan maupun kami dari Kepolisian tentu sudah kerap memberikan peringatan, tapi yang utama adalah bagaimana mereka Peduli terhadap keselamatan diri," terang Nanang.
"Bagaimanapun juga ini ruang kreasi, bermain dan mencari rejeki buat mereka. Bagian juga dari kearifan lokal, melalui buka puasa bersama ini kami berikan edukasi biar juga tetap semangat belajar dan sekolah," tambah Nanang.
Sore itu, salah seorang anak logam mengalami luka sobek pada bagian kaki dan langsung diberikan pertolongan di posko terpadu rest area pelabuhan Ketapang.
(dpe/dte)