Kalang Kabut Pasien RS Unair Saat Diguncang Gempa Tuban

Round Up

Kalang Kabut Pasien RS Unair Saat Diguncang Gempa Tuban

Hilda Rinanda - detikJatim
Sabtu, 23 Mar 2024 11:16 WIB
Sebanyak 160 Pasien RS Unair di evakuasi dampak gempa Tuban M 6,5
Pasien Unair dievakuasi saat gempa (Foto: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
Surabaya -

Pasien RS Unair Surabaya kalang kabut saat diguncang gempa Tuban sebanyak 3 kali. Para keluarga hingga perawat berusaha mengevakuasi pasien ke tempat yang lebih aman. Proses evakuasi berlangsung dramatis.

Diketahui, getaran gempa terasa lebih kuat saat kembali mengguncang dengan magnitudo (M) 6,5, Jumat (22/3/2024) sore. Guncangan ketiga ini terasa besar di Surabaya. Bahkan, pasien di RS Universitas Airlangga (Unair) hingga dievakuasi di halaman parkir dengan dinaungi tenda darurat.

Salah satu keluarga pasien, Fera tampak duduk di bawah tenda dengan kursi plastik mendampingi wanita yang telah melahirkannya. Perempuan berusia 20 tahunan itu juga tampak sesekali mengusap-usap tangan sang ibu yang sedang terbaring di kasur medis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu Fera adalah satu dari ratusan pasien yang harus dievakuasi akibat gempa besar di Tuban berkekuatan 6,5 Magnitudo pada pukul 15.52 WIB. Gempa tersebut dirasakan sangat kuat dan cukup lama di Surabaya.

Saat ditemui detikJatim, Fera mengaku dirinya masih trauma atas kejadian gempa yang dirasakannya berulang kali. Saat itu, ia sedang menunggu ibunya di Lantai 7 RS Unair bersama adiknya.

ADVERTISEMENT

"Yang membuat trauma banget itu, dalam satu hari kami merasakan gempa tiga kali. Pertama pukul 11.22, lalu pukul 13.49, dan terakhir pukul 15.52," kata Fera saat ditemui di lokasi.

Sebanyak 160 Pasien RS Unair di evakuasi dampak gempa Tuban M 6,5Sebanyak 160 Pasien RS Unair di evakuasi dampak gempa Tuban M 6,5 Foto: Rifki Afifan Pridiasto

Sore itu, Fera menyadari meja di ruangannya bergetar hebat dan merasakan guncangan yang cukup kuat. Ia kemudian berjalan ke luar ruangan untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.

"Ternyata saat itu seluruh pasien keluar dari gedung karena ada gempa," ujar Fera.

Mengetahui kondisi tersebut, ia buru-buru membantu ibunya bangun dari kasur dan membangunkan adiknya yang sedang terlelap dalam dekapan sang bunda. Yang ada di pikiran Fera saat itu hanyalah bagaimana caranya ia dan keluarganya bisa segera keluar dari gedung tinggi tersebut.

Buru-buru perempuan itu merangkul ibunya dengan tangan kiri sembari memegangi infus di tangan kanannya. Sementara si adik, diminta Fera berjalan sambil memegangi bajunya.

"Dalam keadaan panik begitu, saya takut lewat lift. Jadi keluar melalui tangga," tutur Fera meraba-raba ingatannya.

Setibanya di lantai satu, Fera melihat sudah banyak orang yang berkumpul di halaman parkir rumah sakit. Fera menghela napas, ia bersyukur bisa menyelamatkan keluarganya.

Namun, menuruni tujuh lantai dengan tangga sungguh menguras tenaga Fera dan keluarga. Sehingga ia bersama ibu dan adiknya sempat terduduk di pinggir taman untuk melepas penat sambil menunggu arahan petugas.

"Baru kemudian setelah (masuk waktu) magrib, satu per satu tenda mulai terpasang. Ibu saya kemudian diarahkan petugas medis (untuk) berbaring di kasur medis," tandasnya.

Fera tak pernah menyangka akan mengalami kejadian yang dianggapnya mengerikan itu di saat sang ibu sedang berjuang melawan sakitnya. Ibu Fera diketahui sudah dirawat sejak Senin (18/3).

Fera bersyukur tak terjadi apapun pada dirinya dan pasien lain di rumah sakit tipe B tersebut. Dirinya juga berharap kejadian traumatis ini tak akan terulang lagi sepanjang hidupnya.

Sejumlah pasien dipulangkan, baca di halaman selanjutnya!

Selain Fera, kisah dramatis juga diceritakan salah satu pasien warga Wonorejo, Rungkut, Surabaya, Slamet Santoso (49). Ia harus turun melalui tangga darurat dengan kondisi sakit saat terguncang.

"Gempanya 3 kali, yang pertama sedang, kedua sedang biasa. Ketiga yang agak keras. Turun melalui tangga darurat nggak pakai lift. Evakuasi yang ketiga, yang besar tadi dievakuasi," kata Santoso kepada detikJatim, Jumat (22/3/2024).

Ia menyebut, hampir semua pasien panik saat dievakuasi turun melalui tangga darurat. Sebab, kondisi mereka juga sakit dan khawatir.

"Saya dirawat di lantai 6. Panik, goyang-goyang juga. Sambil bawa infus. Langsung semuanya turun dari tangga darurat, nggak bisa kalau dari lift," jelasnya.

Sama halnya dengan Nur Saidah (23), ia sedang menjaga keponakan berusia 2 tahun sedang dirawat karena muntaber. Ia sempat panik, karena keponakannya sempat nangis dan rewel ketika guncangan gempa ketiga.

"Yang keluar semua pas gempa ketiga. Balita rewel, adaptasi dulu, ramai," kata Saidah.

Saidah menceritakan, kondisi saat evakuasi sangat riuh dari lantai 4. Pasien sampai saat ini belum bisa kembali ke ruang rawat inap masing-masing.

Pasien RS Unair di Evakuasi Dampak Gempa Tuban M 6,5Pasien RS Unair di Evakuasi Dampak Gempa Tuban M 6,5 Foto: Esti Widiyana

"Suasana riuh sekali. Semua orang keluar semua lewat tangga darurat. Terakhir (gempa) lama dan belum boleh kembali lagi. Lebih ke pasrah, mau paksa pulang ga mungkin, adeknya perlu pengobatan," jelasnya.

Hingga malam hari, terlihat puluhan pasien dinaungi tiga tenda darurat berukuran sekitar 3x7 meter yang didirikan oleh BPBD Surabaya. Mereka semua didampingi oleh keluarga dan kerabatnya.

Sementara itu, Manajer Penunjang Medis RS Unair Cahyo Wibisono mengatakan mereka yang diperbolehkan pulang adalah pasien dengan kondisi baik. Pihaknya juga memberikan bekal obat untuk pasien yang dipulangkan.

"Pasien yang sudah baik, tidak ada perawatan khusus, sudah kami pulangkan. Obat sudah kami berikan, sehingga insyaallah aman untuk pasien," ujar Cahyo, Jumat (22/3/2024) malam.

Cahyo membeberkan saat ini ada sekitar 190 pasien yang dirawat di RS Unair. Dari jumlah tersebut, pasien yang diperbolehkan pulang ada 30 orang.

Cahyo juga mengaku telah melakukan klasifikasi terhadap pasien yang dievakuasi. Sehingga, pihak rumah sakit bisa memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan yang telah ditentukan.

"Tingkat kegawatan ada bermacam-macam, ada gawat sekali, ICU, dan pasien ventilator. Ada (juga) yang gawat menengah, dan pasien anak-anak atau pediatri," tandasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Detik-detik KA Sancaka Dilempar Batu, Penumpang Kena Serpihan Kaca"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/iwd)


Hide Ads