Muslim di Indonesia tentu saja tak asing dengan perbedaan jumlah rakaat salat Tarawih. Berikut ini sederet dalilnya.
Warga Muhammadiyah biasa Tarawih dengan 11 rakaat termasuk witir. Sementara Nahdlatul Ulama (NU) dengan 23 rakaat termasuk witir. Perbedaan itu sudah terjadi sejak zaman para ulama terdahulu.
Dikutip situs resmi NU, Ibnu Hajar Al-Asqalaniy menjelaskan dalam buku Ke-NU-an Ahlussunnah Waljama'ah An-Nahdliyyah, bahwa para ulama menetapkan jumlah rakaat Tarawih yang beragam. Mulai dari 11, 13, 21, 23, 39, 41, hingga 47 rakaat sekalian dengan salat witir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalil tentang Jumlah Rakaat Tarawih
Perbedaan jumlah rakaat Tarawih tidak lepas dari dalil-dalil yang ada. Ada tiga pendapat ulama yang menjadi landasan dalam menjalankan ibadah tersebut.
Imam Syafi'i berpendapat mengenai jumlah rakaat Tarawih yang boleh berbeda. "Saya melihat orang-orang Madinah mengerjakan 39 rakaat dan orang-orang Makkah mengerjakan 23 rakaat".
Sementara dalil mengenai Tarawih yang dilaksanakan dalam 20 rakaat disampaikan oleh Imam An-Nawawi. Ia menerangkan bahwa para ulama sepakat hukum salat Tarawih adalah sunah. Terdiri atas 20 rakaat dengan satu salam setiap dua rakaat. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Yazid bin Khushoifah dari Al-Saib bin Yazid.
عَنْ يَزِيدَ بْنِ خُصَيْفَةَ عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ : كَانُوا يَقُومُونَ عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِينَ رَكْعَةً - قَالَ - وَكَانُوا يَقْرَءُونَ بِالْمِئِينِ، وَكَانُوا يَتَوَكَّئُونَ عَلَى عُصِيِّهِمْ فِى عَهْدِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ مِنْ شِدَّةِ الْقِيَامِ. أخرجه البيهقي (2 / 496) وصححه النووي في المجموع والزيلعي في نصب الراية والعلماء كافة. (إعلام الأنام شرح بلوغ المرام للشيخ نور الدين عتر: 1 / 79).
Artinya: Diriwayatkan dari Yazid bin khushoifah dari al-Sa'ib bin Yazid, beliau berkata: "Para Sahabat di masa Umar bin Khattab r.a. melakukan qiyamullail(beribadah di tengah malam) di bulan Ramadan 20 rakaat dengan membaca 200 ayat, sedangkan pada masa Utsman r.a. mereka bersandar pada tongkat karena lamanya berdiri". (HR. Al Baihaqi (2/496), dan dinilai sahih Imam Nawawi dalam kitab Majmu, Imam Zaila'i dalam kitab Nasb al-Rayah, dan mayoritas ulama. (Nuruddin Iter, I'lam al-Anam Syarh Bulugh al-Maram: juz: 1, hal: 79).
Berbeda dengan Imam An-Nawawi, Imam Malik memilih Tarawih dalam 8 rakaat. Ini seperti yang diriwayatkan oleh Abu Salamah yang bertanya kepada Aisyah RA mengenai cara Rasulullah SAW salat di bulan Ramadan.
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ - رضي الله عنها -: كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِي رَمَضَانَ؟ قَالَتْ: مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: تَنَامُ عَيْنِي وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي. (صحيح البخاري: 7 / 134، رقم: 1874).
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia pernah bertanya kepada Aisyah r.a: 'Bagaimana shalat Nabi Muhammad di bulan Ramadan?' Aisyah menjawab,'Beliau tak menambah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat: shalat empat rakaat, yang betapa bagus dan lama, lantas shalat tempat rakaat, kemudian tiga rakaat. Aku pun pernah bertanya: Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum menunaikan shalat witir? Beliau menjawab: "mataku tidur, tapi hatiku tidak". (Shahih al-Bukhari, juz: 7, hal: 134, no: 1874)
Ada pula hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW menjalankan tarawih dalam 8 rakaat bersama dengan para sahabat. Setelah itu Rasulullah SAW akan menyempurnakannya menjadi 20 rakaat di rumah.
فَإِنْ قُلْتَ : أَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ التَّرَاوِيحَ عِشْرُونَ رَكْعَةً وَالْوَارِدُ مِنْ فِعْله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَمَانِ رَكَعَاتٍ.
قُلْتُ : أُجِيبَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يُتَمَّمُونَ الْعِشْرِينَ فِي بُيُوتِهِمْ بِدَلِيلِ أَنَّ الصَّحَابَةَ إذَا انْطَلَقُوا إلَى مَنَازِلِهِمْ يُسْمَعُ لَهُمْ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الدَّبَابِيرِ، وَإِنَّمَا اقْتَصَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الثَّمَانِ فِي صَلَاتِهِ بِهِمْ وَلَمْ يُصَلِّ بِهِمْ الْعِشْرِينَ تَخْفِيفًا عَلَيْهِمْ ا هـ ا ج. (البجيرمي على الخطيب: 3/472).
Artinya: Jika engkau mengatakan: Ulama' telah ijma' bahwa Tarawih adalah 20 rakaat, namun tuntunan Rasulullah SAW bahwa Tarawih 8 rakaat". Maka saya menjawab: "Memang mereka melakukan di masjid hanya 8 rakaat, akan tetapi mereka menyempurnakan sampai 20 rakaat di rumah masing-masing dengan dalil sesungguhnya para Sahabat ketika pulang ke rumah mereka terdengar suara dengungan seperti dengungan lebah. Sesungguhnya Rasulullah hanya melakukan 8 rakaat dalam shalatnya dan tidak melakukan 20 rakaat bersama mereka, tidak lain hanya untuk meringankan beban mereka. (Al-Bujairimi, 'Ala al-Khatib: 3/472)
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)