Pengamat UB Nilai Faktor Ini yang Bikin Kris Dayanti Gagal ke Senayan Lagi

Pengamat UB Nilai Faktor Ini yang Bikin Kris Dayanti Gagal ke Senayan Lagi

Aujana Mahalia - detikJatim
Selasa, 12 Mar 2024 15:47 WIB
Krisdayanti beraudiensi dengan guru-siswa jelang Hari Guru Nasional 2022
Kris Dayanti gagal lolos ke Senayan. (Foto: IG stories @krisdayantilemos)
Malang -

Penyanyi Kris Dayanti atau yang akrab disapa KD tumbang di Pileg 2024. Politikus PDIP itu dipastikan gagal melenggang kembali ke Gedung Senayan. Pengamat politik menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan Kris Dayanti gagal jadi anggota DPR RI lagi.

Sebagai informasi, pada Pemilu 2024 ini Kris Dayanti harus puas mengantongi 70.111 suara. Suara Kris Dayanti ini jauh menyusut dibanding Pileg 2019 yang kala itu meraup 86.722 suara.

Pengamat politik Universitas Brawijaya (UB) Prof Anang Sujoko menyebut, kegagalan figur Kris Dayanti dalam pileg kali ini disebabkan karena kurangnya keterlibatan langsung dengan konstituennya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut saya, KD tidak bisa merawat konstituennya dalam jangka 5 tahun dia menjabat sebagai anggota parlemen dan kemudian dia juga tidak melakukan inovasi-inovasi pendekatan kemasyarakatan yang itu seharusnya dia berkaca kepada siapa saja kompetitornya," kata Anang kepada detikJatim, (12/3/2024).

Dekan FISIP UB ini menambahkan, meskipun memiliki basis penggemar yang besar, keterlibatan dalam isu-isu kemasyarakatan terbukti lebih penting dalam memenangkan kepercayaan dan dukungan pemilih.

ADVERTISEMENT

"Jadi memang diperlukan pendekatan yang inovatif dan kreatif dalam rangka untuk membaca siapa saja kompetitornya. Misal kita lihat seperti Moreno (Soeprapto), itu kan masih merawat konstituen kunci yang itu kemudian bisa menjaga konstituen di bawahnya," jelasnya.

Senada dengan Anang, pengamat sekaligus dosen Komunikasi Politik UB Dr Verdy Firmantoro menilai ada 3 faktor yang menyebabkan Kris Dayanti gagal mencoba peruntungan dalam dunia politik kali ini.

"Secara umum sebenarnya Kris Dayanti ini tidak lolos karena konsolidasi pertarungan politik di lapangan di last minute ini kurang memaksimalkan 3 faktor, yaitu pertama mesin parpol, kedua figur, dan terakhir modal sosial," terang Verdy.

"Jadi kalau kita bicara masalah mesin parpol memang PDIP ini sepertinya cukup kuat tetapi seharusnya memang harus jalan dengan penetrasi figur dan modal sosial, jadi meskipun mesin parpol jalan tetapi figurnya tidak secara khusus menampakkan kemudian secara modal sosial tidak diaktivasi jaringannya ya mesin parpol tidak berjalan maksimal. Maka dari itu sepertinya kegagalan KD karena 3 hal ini belum terkoneksi satu sama lain," imbuhnya.

Verdy mengatakan, fenomena ini juga menunjukkan bahwa popularitas semata tidak cukup untuk memenangkan hati konstituen.

"Mungkin memang secara figur KD ini populer tetapi secara pertarungan politik tidak hanya masalah popularitas tetapi bagaimana kemudian mengaktivasi seluruh elemen dan sumber daya itu menjadi hal yang penting untuk menjadi pertimbangan," jelasnya.

Tak hanya itu, Ia juga menganggap kegagalan Kris Dayanti dalam pemilihan legislatif kali ini juga akibat adanya pengaruh kemenangan Prabowo dan Gibran.

"Misal kita analisis dari partai Gerindra itu sangat strategis menempatkan figur-figur yang terpilih ya. Mereka punya kekuatan besar ketika Gerindra dalam hal ini diuntungkan oleh figur Prabowo yang kemudian tidak dimiliki oleh partai lain," kata Verdy.

"Bisa jadi suara PDIP itu berkurang karena digeser oleh Gerindra dan PKS ini saya kira karena kedua partai itu memang cukup rasional dalam melakukan penetrasi sehingga suara parpol lain itu bisa berkurang," pungkasnya.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads