Umat Islam identik dengan bahasa Arab ketika memanjatkan doa. Meski begitu, penggunaan bahasa dalam berdoa tak terbatas dengan bahasa Arab saja.
Dikutip laman resmi Muslim, berdoa di luar konteks salat diperbolehkan menggunakan selain bahasa Arab. Terlebih jika doa dengan bahasa yang lebih dipahami dapat menghadirkan hatinya.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah telah berpendapat mengenai persoalan ini dalam kitab Majmu' Al Fatawa. Menurut beliau, berdoa tidak harus menggunakan bahasa Arab karena Allah mengetahui maksud dan tujuan dari individu tersebut.
والدعاء يجوز بالعربية ، وبغير العربية ، والله سبحانه يعلم قصد الداعي ومراده ، وإن لم يقوِّم لسانه ، فإنَّه يعلم ضجيج الأصوات ، باختلاف اللغات على تنوع الحاجات
Artinya: Berdoa itu boleh dengan menggunakan bahasa Arab maupun selain bahasa Arab. Allah mengetahui tujuan dan maksud orang yang berdoa, walaupun bahasanya tidak fasih. Allah mengetahui maksud di balik suara tidak jelas, dengan berbagai macam jenis bahasa dan hajat-hajatnya. (Majmu' Al Fatawa, 22/488-489)
Itu juga berlaku untuk doa saat ziarah kubur. Lalu, bagaimana doa ziarah kubur dalam bahasa Indonesia?
Baca juga: Doa Ziarah Kubur Lengkap Mulai Salam |
Doa Ziarah Kubur dalam Bahasa Indonesia
Ada beberapa doa yang dianjurkan untuk dibaca saat ziarah kubur. Mulai dari tahlil, surah Yasin, hingga surah-surah Al-Quran lainnya.
Namun, tidak menutup kemungkinan memanjatkan doa untuk para ahli kubur dengan bahasa Indonesia. Opsi ini dapat digunakan jika niat dan doa dirasa lebih tersampaikan bila menggunakan bahasa Indonesia yang lebih mudah dipahami.
Meski begitu, tidak ada tuntunan atau doa ziarah tertentu yang dianjurkan dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, detikers tetap bisa membaca doa ziarah kubur dalam bahasa Indonesia sesuai yang tercermin dalam terjemahan doa berikut ini, seperti yang dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Arab:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِههِ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ
Latin:
Allahummaghfirlahu war hamhu wa 'aafìhii wa'fu 'anhu, wa akrim nuzuulahu wawassi' madkholahu, waghsilhu bil maa'i wats-tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathaaya kamaa yunaqqatssaubul abyadhu minad danasi. Wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan hhairan min zaujihi. Wa qihi fitnatal qabri wa 'adzaban naar.
Artinya:
Ya Allah, berilah ampunan dan rahmat kepadanya. Berikanlah keselamatan dan berikanlah maaf kepadanya. Berikanlah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, es, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di dunia), istri yang lebih baik dari isterinya. Dan jagalah ia dari fitnah kubur dan azab neraka. (HR Muslim no 963)
Adab Ziarah Kubur
Meski dibebaskan dalam memanjatkan doa ziarah kubur, para ulama sepakat bahwa tetap ada adab tertentu yang harus dijaga ketika mengunjungi makam. Merangkum dari laman Nahdlatul Ulama (NU), berikut 10 adab ziarah kubur:
- Membacakan doa dan ayat-ayat Alquran untuk orang yang sudah meninggal dunia.
- Berperilaku baik.
- Menghadirkan hati dengan harapan dijauhkan dari keburukan-keburukan atau maksiat.
- Tidak duduk di atas kuburan atau makam.
- Mengucapkan salam 'Assalamu alaika dara qaumi mu'minin, wa inna insya Allahu bikum lahiqun (semoga kesalamatan tertuju pada engkau wahai rumah perkumpulan orang-orang mukmin, sesungguhnya kami, jika Allah menghendaki akan menyusul kalian).
- Mengucapkan salam dengan menyebut nama mayat yang dikenal.
- Mendatangi mayat yang dikenal dari arah wajahnya.
- Merenungkan keadaan orang-orang yang telah dikubur karena sudah terpisah dengan keluarganya masing-masing.
- Merenungkan keadaan teman atau sahabatnya yang sudah meninggal karena tidak bisa lagi mengejar mimpi-mimpinya.
- Menghadirkan kesadaran bahwa semua manusia akan merasakan kematian.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)