Sekitar 20 orang yang menolak kedatangan salah satu tokoh nasional ngamuk dan membakar salah satu gedung di Bandara Internasional Blimbingsari Banyuwangi.
Api terlihat berkobar di gedung yang terletak di samping terminal kedatangan VIP.
Satu regu Dalmas dari Polresta Banyuwangi kemudian diterjunkan untuk menghalau masa aksi yang mulai anarkis. Massa yang anarkis lalu melempar bom molotov ke arah polisi.
Akibat lemparan bom molotov muncul titik api baru yang memicu kebakaran. Tim pemadam kebakaran dari Pemkab dan SAR Banyuwangi pun diterjunkan. Dengan sigap petugas memadamkan api dalam waktu kurang dari 15 menit. Saat api berhasil dipadamkan, tim Dalmas berhasil memukul mundur demonstran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksekutif General Manager Bandara Blimbingsari Banyuwangi Johan Seno Acton mengatakan pihaknya menjalin komunikasi dan berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk langkah pengamanan objek vital tersebut.
![]() |
"Syukurlah semua berhasil dikendalikan dan diselesaikan dalam waktu singkat, berkat langkah sigap petugas dan kolaborasi banyak pihak," ujar Johan kepada wartawan, Kamis (7/3/2024).
Johan mengatakan kerusuhan yang terjadi sekitar 30 menit di Bandara Internasional Blimbingsari tersebut terjadi dalam giat simulasi penanggulangan keadaan darurat Airport Contingency Dan Airport Emergency Exercise yang dilakukan oleh Angkasa Pura II.
"Ini untuk menguji kemampuan koordinasi, komando dan alur komunikasi dari anggota komite di bandar udara," ungkap Johan.
"Selain itu, keamanan Bandara Blimbingsari Banyuwangi juga sudah tersertifikasi, ini adalah salah satu untuk menguji dokumen airport security plan yang ada," tambah Johan.
Sementara itu, Wakapolresta Banyuwangi AKBP Dewa Putu selaku pemberi komando utama dalam simulasi tersebut mengungkapkan manajemen krisis dalam pengendalian kerusuhan siang itu sudah cukup baik.
"Ini walaupun perdana dilatihkan tapi tampak bagaimana lintas ganti situasinya dari aman lalu kontijensinya meningkat kuning lalu merah. Terlihat betul peralihannya dari EGM ketika sudah merah langsung digantikan oleh komandan satgas yang nantinya adalah bapak Kapolresta Banyuwangi," terang Dewa.
Selanjutnya, menurut Dewa perlu dilakukan pelatihan dengan tingkat eskalasi lebih tinggi sebagai langkah antisipasi jika kondisi darurat serupa terjadi.
"Ini masih level sedang ya, perlu juga ke depan yang korbannya bukan hanya luka tapi sampai meninggal dunia. Ini bagian dari upaya preventif dalam standard objek vital," pungkasnya.
Simulasi tersebut diangkat dengan tema Rempek Jogopati, yang menyadur dari nama komandan perang Puputan Bayu tahun 1971. Di mana pelatihan kali ini melibatkan 200 orang peserta dari berbagai unsur dan komite keamanan serta keselamatan.
(erm/iwd)