Cita-cita Mulia Ikhwan Jadi Dokter Unusa demi Pemerataan Kesehatan di NTT

Cita-cita Mulia Ikhwan Jadi Dokter Unusa demi Pemerataan Kesehatan di NTT

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 29 Feb 2024 17:55 WIB
dokter M. Ikhwan Fajri Utama asal NTT
Foto: Istimewa (Dok: FK Unusa)
Surabaya -

Dokter muda asal NTT ini memiliki cita-cita mulia usai menuntaskan studi kedokteran di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Namanya M Ikhwan Fajri Utama.

Dokter muda yang telah dilantik dan diambil sumpahnya Selasa (27/2) lalu itu merasa prihatin dengan sulitnya akses kesehatan bagi warga di kampung halamannya.

"Keterlibatan saya dalam dunia kedokteran tidak hanya hasil keputusan pribadi semata, tetapi juga respons terhadap kondisi kesehatan yang sulit dan terbatas di kampung halaman saya di Kefamenanu, NTT," cerita Ikhwan, Kamis (29/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selain dari dorongan keluarga, saya pribadi merasa terpanggil ketika melihat kondisi kesehatan di kampung saya. Miris. Masih butuh banyak tenaga kesehatan untuk diperbantukan," lanjutnya saat ditemui detikJatim.

Ikhwan yang mengaku berasal dari keluarga sederhana ingin berkontribusi dalam hal kesehatan masyarakat NTT. Menurutnya jumlah tenaga kesehatan, terutama dokter di NTT sangat terbatas.

ADVERTISEMENT

"Kondisi di NTT itu bahkan dalam satu kota hanya punya 2-3 dokter, padahal untuk jangkauan luas di suatu kota, kita butuh lebih dari itu. Itu merupakan tantangan nyata dan membuat saya bertekad untuk memberikan jaminan kesehatan yang layak di sana," ujar pria kelahiran Makassar, 13 November 1999 tersebut.

Karena itulah dia termotivasi untuk menuntaskan pendidikan profesi dokter hingga lulus UKMPPD. Setahun ke depan Ikhwan akan fokus menuntaskan internship. Dia ingin melanjutkan pendidikan spesialis urologi.

"Awalnya saya bingung untuk melanjutkan di spesialis mana, tetapi setelah menjalani koas dan UKMPPD, saya tertarik mempelajari spesialis urologi. Selain minat, tindakan operasinya juga tidak seperti bedah umum," ujar anak pertama dari 2 bersaudara itu.

Dia juga menceritakan selama koas hal yang menjadi tantangan adalah setiap momen perpindahan stase. Meski harus mempelajari materi baru, dirinya berpegang teguh pada prinsipnya untuk menjalaninya dengan enjoy dan ikhlas.

"Capek itu pasti ada, tapi ada rasa kepuasan tersendiri ketika dari hasil penanganan kasus atau konsultasi orang atau pasien tersebut kemudian menjadi sembuh," pungkasnya.




(dpe/fat)


Hide Ads