Acara Desak Anies di Surabaya dihadiri ribuan pendukung. Mereka didominasi mahasiswa. Mereka rela antre dan hadir menyampaikan aspirasinya ke capres Anies Baswedan sebagai calon presiden nomor urut 1.
Emadina Putri, mahasiswa asal Unair yang dijumpai detikJatim juga menyampaikan bahwa dirinya sengaja datang ke acara Desak Anies ini untuk menyampaikan aspirasinya serta mengikuti proses demokrasi yang sedang berjalan.
"Sengaja datang berharap bisa menyampaikan aspirasi, selain itu sekaligus mengikuti bagaimana proses demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini," tutur salah satu peserta, Jumat (9/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi yang dihimpun dari penyelenggara, massa yang hadir di agenda Desak Anies ini diperkirakan mencapai 13.500 orang. Desak Anies di Surabaya adalah yang terakhir diadakan setelah sebelumnya digelar di sejumlah kota di Indonesia.
Pantauan di lokasi sejak sekitar pukul 18.00 WIB, ribuan pendukung memadati seluruh tribun di DBL Arena. Bahkan masih banyak yang mengantre untuk masuk hingga tidak mendapatkan tempat di tribun.
Para pendukung yang tidak mendapatkan tempat di tribun memadati area ground untuk nonton bersama melalui videotron yang disediakan panitia penyelenggara.
Anies mengajak semua orang jangan menjadi partisipan pasif. Setelah datang mencoblos, Anies meminta pendukungnya datang lagi ke TPS jam 1 siang untuk mengawasi penghitungan suara. Dia juga meminta mereka mengunggahnya ke medsos jika menemukan adanya kecurangan.
"Yang paling ditakuti pelanggar adalah transparansi, yang paling ditakuti adalah pengawasan dari publik. Akan kah kita biarkan mereka tanpa diawasi? Kita jaga bersama-sama. Ini bukan menjaga suara Anies, ini bukan menjaga suara Muhaimin, ini menjaga harapan jutaan orang yang menginginkan ada perubahan di Republik ini," tegas Anies.
Mantan gubernur DKI Jakarta ini lalu mengingatkan KPU untuk netral dan tidak curang di Pemilu 2024.
"Kalau sampai penyelenggara dan wasit melakukan kecurangan, melakukan manipulasi, ingat, dia akan dicatat sebagai penyelenggara demokrasi terburuk yang ada di Republik ini," kata Anies.
Anies kemudian bercerita ketika dirinya mendatangi di kampung-kampung Surabaya dan bertemu dengan warga. Di sana warga dengan bangganya menunjukkan makam para orang tua pendahulunya yang gugur dalam pertempuran 10 November 1945.
"Tapi tidak ada satupun yang jadi tentara Belanda yang anak cucunya bangga, yang kakeknya kolaborator Belanda. Bagi seluruh penyelenggara pemilu, ingat, bila pemilu ini jadi pemilu terburuk, anak cucu anda akan menanggung rasa malu atas apa yang dikerjakan orang tuanya," ucap Anies.
(dpe/iwd)