Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya, Alfianur Rizal Ramadhani mengatakan penobatan dan pemakaian rompi tak ada unsur politik. Apalagi terkait warna rompi.
"Tidak ada sama sekali (dengan politik) saya rasa, karena (warnanya) identik dengan anak muda itu saja. Berbahan jin. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan iklim politik hari ini, dan tidak ada tarikan dari manapun. Hanya karena stylish saja," kata Alfianur, Selasa (6/2/2024).
Alfianur menjelaskan rompi yang diberikan kepada Eri saat itu tidak ada simbol-simbol politik. Di bagian depan rompi sebelah kanan terdapat tulisan nama Eri Cahyadi dan di atasnya ada badge bendera merah putih.
Sedangkan bagian sebelah kirinya, ada logo bertuliskan Pemuda Muhammadiyah warna merah melingkar dan sisi bawahnya juga terdapat tulisan Pemuda Muhammadiyah Surabaya.
"Kemudian di bagian belakangnya ada logo Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) jadi, ini adalah pasukan keamanan dari Muhammadiyah maupun organisasi otonom Muhammadiyah," jelasnya.
Ia menegaskan rompi itu diberikan kepada Eri murni sebagai tanda penghargaan karena kedekatannya dengan kaum muda. Karena saat itu ia dinobatkan sebagai Dewan Kehormatan Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya.
Rompi itu diberikan untuk memberi semangat mengajak anak muda dalam pembangunan kota. Karena dari sudut pandang Pemuda Muhammadiyah, Eri banyak memberikan masukan religius dan layak mendapat penobatan tersebut.
"Itu diberikan juga karena kedekatan pak wali dengan anak-anak muda, dan menurut kami Pak Wali amat sangat memberikan semangat kepada anak-anak muda untuk bergerak bersama dalam membangun Kota Surabaya. Sehingga, kami ingin memberikan apresiasi untuk pak wali, sebagai Dewan Kehormatan Muhammadiyah Surabaya dengan rompi yang berbahan jin ini," jelasnya.
Bendahara Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, Musa Abdullah juga menyesalkan pemberian rompi dan penobatan Eri disangkutpautkan ke politik. Sebab menarik ke hal politik saat ini dirasa tidak tepat.
"Padahal kami di Muhammadiyah, sangat ingin membangun iklim perpolitikan pemilu yang damai, pemilu yang sejuk, dan pemilu yang santun. Oleh karenanya Pemuda Muhammadiyah sangat tidak sepakat dengan pemberitaan tersebut, karena memang tidak ada hubungannya, sebab Muhammadiyah sesuai dengan fatsun politiknya adalah politik yang untuk semuanya pasangan calon, dan semua pasangan politik," terang Musa.
(abq/iwd)