Kiai Haji Abdul Hakim Mahfudz merupakan seorang ulama dan pebisnis Indonesia asal Jombang. Ia lebih dikenal dengan nama Gus Kikin.
Gus Kikin merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng kedelapan sepeninggal KH Salahuddin Wahid yang wafat pada tahun 2020. Ia juga diangkat sebagai salah satu Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada 2022, bersama ulama dan figur terkemuka seperti KH Hasib Wahab Chasbullah, Prof. Dr. KH Moh. Mukri, Khofifah Indar Parawansa, dan Alissa Qotrunnada.
Biografi Gus Kikin
Gus Kikin lahir pada 17 Agustus 1958 di Pondok Pesantren Sunan Ampel, Kabupaten Jombang. Ia adalah anak dari pasangan KH Mahfudz Anwar dan Nyai Hj Abidah Ma'shum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga adalah cicit pendiri Nahdlatul Ulama, KH Muhammad Hasyim Asy'ari. Sebab, Abdiah Ma'shum adalah anak dari putri sulung Hasyim Asy'ari, Nyai Hj Khoiriyah Hasyim.
Sementara Mahfudz Anwar adalah Pendiri Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang. Mahfudz lahir pada 12 April 1912 dan meninggal pada 20 Mei 1999.
Gus Kikin juga sepupuan dengan KH Anwar Manshur, Pengasuh Tertinggi Pondok Pesantren Lirboyo Kediri sejak 2014.
Pendidikan Gus Kikin
Gus Kikin tidak hanya belajar di Pondok Pesantren Sunan Ampel. Tapi juga di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Seblak di Jombang, yang didirikan oleh kakeknya.
Dari tahun 1963-1970, Gus Kikin menerima pendidikan formal di Madrasah Ibtida'iyah Parimono. Ia kemudian bersekolah di SMP Negeri 1 Jombang dari tahun 1971-1973.
Kemudian menimba ilmu di SMA Negeri 2 Jombang dari tahun 1974-1977. Gus Kikin lalu pergi ke Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta pada 1975-1979. Pada 2013, ia melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka, di jurusan komunikasi.
Karier Bisnis Gus Kikin
Gus Kikin menjadi pegawai Djakarta Lloyd setelah lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta, dan menjalani praktik pelayaran selama tiga tahun. Pada 1988, saat usianya 30 tahun, ia menjabat sebagai Kepala Cabang Kota Cilegon dari Djakarta Lloyd.
Gus Kikin mendirikan lima perusahaan di Kota Surabaya pada tahun 1998, dan membuka kantor di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada 2000. Ia juga mendirikan banyak perusahaan, termasuk Bama Buana Sakti yang bergerak dalam bidang transportasi, Bama Bhakti Samudra yang bergerak dalam bidang pelayaran, Bama Bumi Sentosa yang bergerak dalam kontraktor minyak, Bama Bali Sejahtera yang bergerak dalam teknologi informasi, dan Bama Berita Sarana yang bergerak dalam bidang media televisi.
Masuk ke Dunia Pesantren
Gus Kikin ditunjuk sebagai Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng pada 2016. Kemudian, setelah KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) meninggal dunia pada 2020, Gus Kikin ditunjuk sebagai pengasuh pesantren.
Pada 2016, Gus Solah mengadakan musyawarah keluarga dengan seluruh keturunan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, KH Muhammad Hasyim Asy'ari, untuk memilih Gus Kikin sebagai pemimpin baru.
Sebanyak 200 lebih orang dari keluarga Pesantren Tebuireng berkumpul untuk memberikan rekomendasi mereka tentang siapa yang akan menjadi pengasuh Tebuireng berikutnya. Tim khusus yang terdiri dari sembilan perwakilan keturunan KH Hasyim Asy'ari membahas berbagai usulan dan persyaratan calon pengasuh. Di sana kemudian diputuskan siapa yang akan menggantikan Gus Solah sebagai pengasuh pesantren.
![]() |
Jadi Pj Ketua PWNU Jatim
PBNU menunjuk Gus Kikin menjadi Pj Ketua PWNU Jatim menggantikan KH Marzuki Mustamar. Ia mengaku ditawari, tidak mengajukan diri.
Gus Kikin menjelaskan awal mula menerima tawaran menjadi pengganti KH Marzuki Mustamar. Baginya, tawaran tersebut biasa saja, sebab ia pernah berkecimpung di PWNU Jatim.
"Sebetulnya itu pembicaraan-pembicaraan bahwa saya kebetulan ada di Jombang, Tebuireng, kemudian diajak bicara. Ya, bagi saya itu penawaran-penawaran biasa karena saya dulunya dari PWNU Jatim kemudian ke PB (PBNU). Itu proses-proses biasa saja sebetulnya," jelasnya kepada wartawan di Ndalem Kasepuhan Pengasuh Ponpes Tebuireng, Desa Cukir, Diwek, Jombang, Kamis (11/1/2024).
Merespons tawaran tersebut ketika itu, tidak serta-merta bersedia menjadi Pj Ketua PWNU Jatim. Jika ada sosok lain yang bersedia menggantikan KH Marzuki Mustamar, justru bagus bagi dirinya. Sehingga, ia tak perlu menduduki jabatan berumur pendek tersebut.
"Tetapi karena pertimbangan-pertimbangan segala macamnya itu akhirnya PB (PBNU) memutuskan sayalah yang harus menjabat di situ. Ya sudah itu keputusan rapat, apalagi rapat gabungan, itu kan lengkap semuanya kemarin di Jakarta. Ya sudah saya akan ikut keputusan rapat gabungan ini," tegasnya.
(sun/dte)