Jelang pergantian tahun baru 2024, berbagai langkah antisipatif dilakukan polisi di Jatim. Mulai dari melakukan razia, penyekatan batas kota, hingga patroli di wilayah perairan.
Data dan informasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021-2023 menyebutkan Jawa Timur dihuni 41,4 juta jiwa. Sebagian di antaranya menghuni kawasan pesisir Jatim, mulai dari Surabaya, Pasuruan, Tuban, hingga Banyuwangi.
Untuk mengantisipasi kecelakaan laut hingga potensi cuaca buruk dan gelombang tinggi, polisi melakukan sejumlah langkah antisipatif di kawasan perairan Jatim. Khususnya di kawasan Surabaya Raya (Gresik, Surabaya, dan Sidoarjo).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirpolairud Polda Jatim Kombes Arman Asmara mengatakan, ada 50 unit kapal yang disiagakan. Seluruhnya tersebar di bentang wilayah garis pantai atau pesisir seluas 3.498 Km, dengan luas lautan sebesar 54.718 Km², dan 427 pulau.
"Untuk yang berhubungan dengan Nataru 2024, kami lebih ke cek poin, wilayah pelabuhan, terutama yang mengangkut orang, barang, dan sembako. Di antaranya adalah Banyuwangi dan Tanjung Perak (Surabaya), Lamongan, dan masih banyak lagi," kata Arman saat dikonfirmasi detikJatim, Sabtu (30/12/2023).
"Jadi, kami menyesuaikan dengan operasi kepolisian, karena (pengamanan) Nataru sifatnya tak hanya harkamtibmas, tapi plus antisipasi laka laut, kapal bermasalah, hingga memberikan panduan atau menarik dan menjemput apabila ada overload penumpang, misalnya dari Ketapang ke Gilimanuk atau ke pelabuhan lain," sambungnya.
Arman menjelaskan, kapal-kapal Ditpolairud Polda Jatim juga disiagakan apabila kapal penumpang konvensional kekurangan armada atau overload. Menurutnya, kapal Polairud bakal membantu memfasilitasi mengangkut penumpang, meski secara administratif ditentukan ASDP itu sendiri.
Selain itu, lanjut Arman, antisipasi secara preventif juga dilakukan. Di antaranya melakukan sosialisasi, edukasi, dan meminta nelayan memantau aplikasi INA-WIS milik BMKG. Sehingga dapat meminimalisasi dan melakukan pencegahan ketika gelombang tinggi hingga cuaca ekstrem melanda.
"Untuk tiga metode yang kami sebut berupa pembelajaran kepada anak-anak nelayan, kesehatan, dan pengobatan secara mobile. Kegiatannya dilaksanakan secara terus-menerus sehingga dapat membentuk masyarakat madani, peningkatan ekonomi kreatif, masyarakat yang sehat jasmani dan rohani," ujarnya.
"Sehingga tercipta rasa aman dan nyaman di lingkungan masyarakat, di antaranya pulau terluar, sentuhan, dan binaan. Kegiatannya satu bulan sebelum operasi Nataru sudah disosialisasikan agar tidak merayakan tahun baru secara berlebihan, sesuai selebaran dari Pemprov dan Polda Jatim," sambungnya.
Arman menegaskan tak henti-hentinya menyampaikan upaya pencegahan pada para nelayan. Untuk kegiatan berlayar, pihaknya kerap berkoordinasi dengan BMKG menggunakan aplikasi INA-WIS tersebut.
"Ya kuncinya di situ, karena bisa memonitoring ketinggian gelombang, hujan, cuaca, dan lain sebagainya sampai enam hari ke depan," tegas mantan Kapolresta Banyuwangi itu.
(irb/iwd)