Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Polisi belum menemukan handphone (HP) milik guru SD di Malang yang bunuh diri bersama istri dan anaknya. Keberadaan HP korban dinilai penting untuk memperkuat pendalaman yang dilakukan polisi.
Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat menyatakan, sepanjang olah TKP dan penyelidikan yang dilakukan, belum menemukan keberadaan HP milik WE (44), guru SD yang tewas dengan cara menyayat pergelangan tangan kirinya itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Gandha, keberadaan HP korban sangat penting dalam penyelidikan kasus ini.
"Tentunya HP nilainya hampir sama seperti pemeriksaan saksi-saksi yang kita mintai keterangan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan memperdalam dari pemilik HP tersebut," ujar Gandha kepada detikJatim, Senin (18/12/2023).
Sejauh ini, lanjut Gandha, olah TKP yang dilakukan kedua kalinya di rumah kontrakan korban bersama Tim Labfor Polda Jatim, juga tak menemukan HP milik WE.
Kendati begitu, pihaknya enggan berspekulasi apakah WE memang sengaja menghilangkan HP atau memang alat komunikasi tersebut benar-benar rusak sebelum kejadian.
Menurut Gandha, WE pernah menyampaikan kepada AKE (12), putrinya yang ditemukan hidup, bahwa HP miliknya rusak akhir pekan lalu.
Sejak saat itu, lanjut Gandha, AKE tidak pernah lagi melihat WE memegang HP yang pernah dimiliki sebelumnya.
"Adik saudara K, belum pernah melihat bapaknya ini menggunakan handphone lagi. Sejak disampaikan bahwa HP bapak WE ini rusak pada 10 Desember lalu," tuturnya.
WE sendiri diketahui memiliki beban kewajiban keuangan (utang) yang nilainya mencapai puluhan juta rupiah. Utang tersebut didapatkan dari beberapa orang yang dikenal.
"Berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi yang kita periksa untuk kisaran utang, saya mohon maaf hanya bisa menyampaikan capai puluhan juta rupiah," ujar Gandha.
Kisaran beban utang yang dimiliki guru SD negeri di Kota Malang tersebut, diperoleh penyidik dari sejumlah saksi yang telah dimintai keterangan.
"Intinya ada beberapa saksi yang menyampaikan bahwa yang bersangkutan punya utang kepada dirinya (saksi) kurang lebih seperti itu," terang Gandha.
Seperti diberitakan, satu keluarga ditemukan tewas diduga bunuh diri di rumahnya Gang Sunan Bonang, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Ketiga korban merupakan ayah, ibu, dan satu anak perempuan.
Mereka adalah WE (44), kemudian istrinya SU (40), dan salah satu putri kembarnya berinisial RY (12). Sedangkan satu anak lain berinisial AKE (12), ditemukan selamat dan sudah mendapatkan pendampingan.
(hil/dte)