Puluhan anak berkebutuhan khusus (ABK) dari PKBM Lentera Fajar Indonesia melakukan pembelajaran inklusif dan luar kelas di Kampung Edukasi Sampah, Sidoarjo. Mereka belajar memilah dan mengolah sampah.
Kegiatan ABK dalam mengelola sama bukanlah hal mudah. Dalam pelaksanaannya harus melibatkan dan didukung masyarakat serta berbagai pihak termasuk guru, orang tua, dan komunitas.
Koordinator kader lingkungan Retno Mulyo di sela-sela pembelajaran mengatakan, ABK dikenalkan dengan pemilahan dan pengolahan sampah. Metode pembelajaran di luar kelas ini tujuannya untuk dapat tercipta kelas yang aktif, kondusif, kreatif, dan pastinya menyenangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Retno, materi pembelajarannya sama seperti peserta umum, namun ditambahkan praktik lanjutan memilah sampah sesuai jenisnya, mengolah sampah organik dengan berbagai metode. Termasuk memanfaatkan sampah anorganik sebagai kerajinan dan suvenir bernilai ekonomis.
"Anak-anak istimewa ini selama melakukan kegiatan pembelajaran luar kelas dikenalkan tentang cara memilah dan mengolah sampah dengan melibatkan aspek pengembangan keterampilan, pendidikan lingkungan, dan integrasi sosial," terang Retno, Minggu (17/12/2023).
Terpisah, pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah Edi Priyanto menyatakan anak dengan kebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak sebaya lainnya. Baik dalam hal pendidikan, kehidupan, pertemanan, dan kesejajaran sebagai manusia yang utuh.
"Perbedaan fisik dan pola berpikir anak berkebutuhan khusus memang sedikit menyita perlakuan ekstra dari orang-orang di sekelilingnya. Harapannya dengan usaha tersebut anak-anak berkebutuhan khusus tetap mampu memiliki daya hidup di tengah-tengah masyarakat," ungkap Edi.
Edi mengungkapkan, kegiatan pembelajaran luar kelas yang bersifat sosial dapat membantu ABK memahami peran mereka dalam masyarakat dan memberikan kontribusi positif. Juga mendukung perkembangan holistik mereka.
"Kegiatan tersebut juga akan membantu mereka memahami pentingnya menjaga dan merawat lingkungan sejak dini. Ini bisa meningkatkan kesadaran mereka terhadap peran yang dapat mereka mainkan dalam pelestarian lingkungan," katanya.
![]() |
Edi berharap kegiatan pendidikan inklusif seperti yang dilakukan di Kampung Edukasi Sampah juga mendorong program pembelajaran lainnya bagi ABK. Sehingga semua ABK dapat berpartisipasi dan merasa diterima dalam kegiatan yang sama dengan teman sebayanya.
Kegiatan tersebut, sebut Edi, juga mampu menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang. Memahami cara memilah dan mengolah sampah adalah langkah penting dalam mendukung keberlanjutan lingkungan.
"Membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan di luar kelas akan mendorong mengembangkan kemandirian, dengan memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai kemampuannya. Melibatkan mereka dalam kegiatan luar kelas yang bersifat inklusif dan mendidik, dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang merangsang, mendukung pengembangan, dan memupuk nilai-nilai positif," jelas Edi.
(irb/iwd)