Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Guru SD di Malang mengakhiri hidup bersama istri dan anaknya. Aksi nekatnya ini diduga dipicu beban kewajiban keuangan hingga dugaan jeratan utang pinjaman online (pinjol) yang harus ditanggung guru SD berinisial WE tersebut.
Namun, keberadaan HP korban hingga saat ini masih menjadi misteri. Polisi belum menemukan barang itu. Padahal, banyak data yang hendak digali dari HP korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, sekeluarga yang tewas itu antara lain sang ayah berinisial WE (44), ibu berinisial SU (40), dan seorang putri berinisial RY (12) yang masih duduk di bangku kelas 7 SMP. Keluarga ini meninggalkan putri pertamanya, AKE (12), yang merupakan kembaran RY menjadi sebatang kara.
Mereka bunuh diri pada Selasa (12/12/2023). SU dan RY ditemukan dalam kondisi mulut mengeluarkan busa usai menenggak obat antinyamuk. Sementara WE ditemukan dengan lengan tersayat.
Berikut 5 hal soal misteri HP guru SD Malang bunuh diri bersama istri-anak:
1. Polisi Masih Mencari HP Korban
Hingga kini, polisi masih mencari HP milik WE. Polisi mengatakan, HP WE belum ditemukan di rumahnya.
"Ponsel korban (WE) masih belum ditemukan," ujar Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat kepada wartawan usai olah TKP bersama Labfor Polda Jatim, Kamis (14/12/2023).
Penelusuran keberadaan HP milik WE dilakukan polisi, untuk mengungkap dugaan bahwa korban terjerat pinjaman online. Karena diketahui hanya WE yang memiliki beban kewajiban keuangan.
2. WE Sempat Ngaku HP-nya Rusak
Menurut Gandha, WE pernah menyampaikan kepada AKE (12), putrinya yang tidak turut serta diajak mengakhiri hidup, bahwa HP milik ayahnya rusak akhir pekan lalu. Sejak saat itu, kata Gandha, AKE tidak pernah lagi melihat WE memegang HP.
"Adik saudara AKE, belum pernah melihat bapaknya ini menggunakan handphone lagi. Sejak disampaikan bahwa HP bapak WE ini rusak pada 10 Desember lalu," tuturnya.
3. Tim Labfor Polda Jatim Turun Tangan
Tim Labfor Polda Jawa Timur turun tangan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah guru SD yang ditemukan tewas bersama istri dan anaknya. Dari hasil olah TKP tersebut, polisi tak menemukan adanya temuan baru. HP korban juga belum ditemukan.
Dari pantauan detikJatim, Tim Labfor Polda Jatim terlihat memeriksa seluruh sudut rumah yang berada di Jalan Sunan Bonang, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, itu. Garis polisi terlihat juga masih terpasang di pagar depan rumah.
Gandha menjelaskan, sama seperti olah TKP saat kejadian, Tim Labfor memeriksa sejumlah barang yang berkaitan dengan kasus yang menewaskan tiga orang tersebut.
"Sama seperti kemarin, seperti pisau kemudian spidol, buku agenda, darah yang sudah diserap, kemudian gelas, selanjutnya saset obat antinyamuk cair, seperti itu," jelasnya.
4. Polisi Sebut WE Tidak Utang di Pinjol
Meski begitu, polisi memastikan bahwa beban kewajiban keuangan (utang) hanya dimiliki oleh WE, bukan istrinya. Namun sejauh ini belum ditemukan adanya teror atau penagihan hutang akibat pinjaman online (pinjol).
"Tidak (pinjol), kenapa belum menemukan fakta tersebut yang pertama. Kedua diperkuat keterangan dari adik saudara K bahwa HP yang bersangkutan (WE) rusak," jelas Gandha.
Gandha menambahkan bahwa berdasarkan penyelidikan juga belum ditemukan fakta bahwa WE memang memiliki utang di pinjol. Namun, dari keterangan sejumlah saksi, utang itu didapatkan dari perseorangan.
"Belum mendalami (jumlah hutang) yang jelas yang bersangkutan (WE) memiliki beban utang. Dan sementara kami menemukan faktanya orang perseorangan. Karena sampai saat ini keluarga terdekat dan rekan kerja beliau tidak pernah mendapat WA (WhatsApp) teror identik pinjol," tegasnya.
WE selama ini berprofesi sebagai guru SD negeri di Kota Malang. Selain mengajar, WE diketahui juga memberikan les atau tambahan pelajaran secara privat.
5. Sempat Bilang Tak Mampu Bayar Utang
Sepekan sebelum kejadian, WE sempat menyampaikan bahwa dirinya tidak sanggup untuk membayar kewajiban keuangan yang dimiliki. Fakta itu ditemukan polisi dari keterangan sejumlah saksi.
"Ada beban keuangan, ada beberapa saksi yang menyampaikan korban bapak WE ini sempat memberitahu 'sepertinya saya tidak bisa mengembalikan'. Itu disampaikan beberapa hari, kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian," beber Gandha.
(hil/fat)