Kegembiraan liburan ke Bali berujung duka. Peristiwa nahas merenggut nyawa empat siswa kelas 3 SMAN 4 Surabaya 17 tahun silam.
Tak ada yang menyangka, niat senang-senang selepas ujian nasional (UN) justru berujung malapetaka. Empat siswa meninggal dunia terseret ganasnya ombak Pantai Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
Jumat 20 Mei 2006, rombongan SMAN 4 Surabaya berangkat ke Bali dengan delapan bus pariwisata pada sore hari. Rombongan terdiri dari 304 siswa dan 21 guru itu tiba di Bali keesokan harinya, Sabtu 21 Mei 2006 sekitar pukul 04.00 WITA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar pukul 06.00 WITA, mereka bermain ke Pantai Seminyak yang berada di belakang hotel tempat menginap. Malang tak disangka-sangka. Saat asyik mandi di pantai, ombak besar datang menyeret enam siswa ke tengah laut.
Salah satu siswi Nining Wijayanti ditemukan terapung dalam kondisi meninggal dunia di tepi Pantai Seminyak. Sedangkan, Wenny Welojeng dan Nurcholis Agusti sempat mendapat pertolongan di RS Bali International Medical Center. Namun, nyawa keduanya tidak tertolong.
Sementara satu siswa lain bernama Agresti Mita Devora sempat dinyatakan hilang. Baru empat hari setelah terseret ombak, Selasa 23 Mei 2006, tim pencarian berhasil menemukan jasad Agresti.
Dua orang siswa bernama Muhammad Irfan Maulana dan Soni Setiawan ditemukan selamat. Mereka dilarikan ke RSUP Sanglah-saat ini RSUP Prof dr I.G.N.G. Ngoerah. Soni dalam kondisi kritis, sementara Irfan harus dibantu alat pernapasan.
Irfan menceritakan detik-detik kejadian nahas itu. Menurut Irfan, kala itu ia sempat memegang tangan Agresti, sebelum terlepas dan berusaha menyelamatkan diri dengan berenang ke tepi pantai.
"Saya sempat memegang tangan Agresti. Namun saat berenang terlepas dan saya berusaha renang ke tepian," katanya yang saat itu ditemui detikcom di RSUP Prof Ngoerah, Sabtu, 20 Mei 2006.
Baca juga: Pagi Kelam Lamborghini Maut Wiyang Lautner |
Bahkan, siswi lain bernama Rini, mengaku sempat melihat teman-temannya melambaikan tangan. Ia mengira teman-temannya itu bercanda. Ternyata itu sinyal minta tolong.
"Saya melihat teman-teman melambaikan tangan. Saya kira guyon, ternyata benaran. Saat itu ombak besar dan pasang," ucapnya.
![]() |
Sementara Hariadi P yang saat itu menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menyebut siswa-siswi kelas IPA tersebut keluar dan mandi di pantai tanpa izin guru. Ia pun pasrah atas peristiwa yang menimpa sekolahnya.
"Saya dapat informasi anak-anak keluar jam 5 pagi. Saya nggak tahu anak-anak keluar karena tanpa izin saya. Padahal, di belakang hotel sudah ada tulisan larangan. Jika tidak ada petugas, dilarang mandi di pantai," kata Hariadi.
Jenazah Wenny, Nining, dan Nurcholis langsung dipulangkan ke Surabaya Sabtu sore menggunakan pesawat. Sementara ratusan siswa telah dipulangkan ke Surabaya sekitar setelah musibah itu sekitar pukul 10.00 WIB. Total empat siswa SMAN 4 Surabaya meninggal dalam insiden tersebut.
Jatim Flashback adalah rubrik spesial detikJatim yang mengulas peristiwa-peristiwa di Jawa Timur serta menjadi perhatian besar pada masa lalu. Jatim Flashback diharapkan bisa memutar kembali memori pembaca setia detikJatim. Jatim Flashback tayang setiap hari Sabtu. Ingin mencari artikel-artikel lain di rubrik Jatim Flashback? Klik di sini.
(irb/dte)