Ratusan mahasiswa dan rakyat menghadiri mimbar bebas menolak praktik politik dinasti di Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya. Mereka menyampaikan keresahan usai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia capres dan cawapres 2024.
Di Unitomo, mereka menggelar mimbar bebas dari atas panggung menyerukan untuk menyelamatkan demokrasi dengan tagline 'Tolak Politik Dinasti dan Tuntaskan Pelanggaran HAM'. Sejumlah tokoh yang hadir yakni Ikhsan Skuter, Butet Kartaredjasa hingga konten kreator Rudi Surya.
Sedangkan Yenny Wahid yang sebelumnya turut diundang ternyata berhalangan tak bisa bisa hadir. Ketua BEM Unitomo Hendrik Rara Lunggi mengatakan kegiatan ini didasari keresahan mahasiswa dan masyarakat atas putusan MK terkait batas usai Capres Cawapres. Keputusan MK itu dinilai telah mencederai konsitusi dan lembaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari hal itu yang menjadi respon mahasiswa dan masyarakat bersatu untuk melawan politik dinasti. Itu yang sebenaranya dasar dari kegiatan ini," kata Hendrik kepada wartawan, Rabu (15/11/2023).
Hendrik menegaskan acara ini tidak ditunggangi oleh partai politik maupun bersangkutan dengan Pilpres 2024. Menurutnya, ini murni dilakukan berdasarkan keresahan mahasiswa dan masyarakat.
"Gerakan ini atas kesadaran diri, bukan karena atas ditunggangi partai politik dan ini tidak ada sangkut pautnya dengan Pilpres 2024. Ini bukan tentang mendukung capres siapapun, tetapi gerakan murni dari kawan-kawan mahasiswa. Lahir dari intelektual temen-temen mahasiswa," jelasnya.
Hendrik menjelaskan alasan mimbar bebas dilakukan di lingkungan kampus. Sebab, kampus merupakan laboratoriumnya peradaban, maka gerakan intelektual harus dimulai dari kampus.
"Supaya kami lebih elegan untuk menyuarakan keresahan. Kampus adalah tempat peradaban mari kami mulai dari kampus. Gerakan ini bagian dari konsolidasi menyuarakan keresahan kepada pemerintah," pungkasnya.
(abq/iwd)