.webp)
Budayawan Madura, Ra Hasani Usman menjelaskan meski ada tradisi pertunangan sejak anak, namun pernikahan harus menunggu jeda waktu yang lama dan siap untuk menikah.
Pernikahan juga akan terjadi tergantung dari kesepakatan pihak perempuan. Pihak perempuan biasanya membalas lamaran pertunangan dengan membawa daun sirih dan pinang sebagai penanda lama tidaknya rencana pernikahan.
"Durasi bhakalan (tunangan) tergantung usia si perempuan. Kalau dalam upacara pertunangan dilihat dari sirih pinang yang merupakan hantaran balesan dari keluarga perempuan," Ra Hasani kepada detikJatim, Jumat (3/11/2023).
"Kalau buah pinangnya masih muda berarti keinginan pihak perempuan tunangannya lama. Kalau buah pinangnya tua berarti pihak perempuan menginginkan dinikahkan segera," imbuh Ra Hasani
Menurut Ra Hasani, pertunangan yang dilakukan sejak kecil ataupun usia dini tetap harus tetap menunggu kesiapan dengan batas usia pernikahan sesuai perundangan. Dalam pertunangan di usia dini, kedua orang tua biasanya memiliki konsekuensi menjaga memelihara komunikasi.
Selain itu, mereka juga senantiasa memberikan bimbingan kesabaran terhadap anak yang ditunangkan. Sebab secara adat untuk mengetahui lama tidaknya pertunangan bisa dilihat dari pertanda pinang yang dibawa pihak perempuan.
Beberapa kasus dalam pertunangan di usia muda dan tergolong dini tidak bisa berlanjut ke jenjang pernikahan. Hal ini disebabkan ada perbedaan prinsip dari kedua belah pihak.
Sehingga ada juga beberapa masyarakat yang memilih pernikahan tanpa melalui proses akal bhakal (pertunangan). Tapi sistem lamar kabin (lamaran nikah) atau lamaran sekaligus nikah.
(abq/iwd)
