Budayawan Sebut Hal Ini Geser Kepatuhan Terhadap Pilihan Jodoh di Madura

Budayawan Sebut Hal Ini Geser Kepatuhan Terhadap Pilihan Jodoh di Madura

Kamaluddin - detikJatim
Jumat, 03 Nov 2023 18:31 WIB
Wedding in the mountains Mangup in Crimea
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Surabaya - Video sepasang anak usia belasan tahun di Robatal, Sampang, Madura diviralkan menikah beredar di media sosial. Belakangan diketahui video yang beredar ternyata bukan pernikahan melainkan pertunangan.

Sebuah video yang menampilkan acara pertunangan sepasang anak di Sampang viral di media sosial. Tradisi tersebut biasanya terjadi karena keinginan orang tua atau keluarga.

Budayawan Sampang Hasani Usman mengatakan secara umum masyarakat Madura memang dikenal sebagai individu yang tawadhu dan patuh terhadap orang tua. Kepatuhan bahkan dianggap sebagai prinsip hidup.

"Kalau di Madura, terutama anak perempuan apa kata orang tua. Jadi sudah tidak bicara suka atau tidak suka. Dikotomi ya, kalau datang dari orang tua itu dianggap benar jalurnya, kalau datang dari dia sendiri dianggap salah jalurnya," jelas Hasani kepada detikJatim, Jumat (3/11/2023).

Namun, seiring perkembangan zaman, lanjut Hasani, prinsip itu mengalami pergeseran. Terutama pada generasi mudanya. Hal ini dipicu perkembangan teknologi, pola pikir masyarakat juga tingkat pendidikan.

"Perawan yang mencari tunangan sendiri (madeteng lanceng) dianggap ganjen (leter) dalam masyarakat Madura. Tapi dalam perkembangannya tergantung kondisi sosial dan topografi keluarga itu. Kalau dalam masyarakat Madura dengan kelas pendidikan menengah ke atas dan tinggal di perkotaan hal itu sudah tidak banyak berlaku lagi," kata Hasani.

Hasani menjelaskan saat ini pertunangan juga banyak yang telah mengalami pergeseran. Ada yang tidak melalui proses akal bhakal (pertunangan). Tapi sistem lamar kabin (lamaran nikah) lamaran sekaligus kawin ini dilakukan agar tidak banyak menghabiskan biaya dan tidak mengikat waktu lama pertunangan. Tapi sebelumnya tahapan-tahapan ini dijalani semua. Seperti mencari informasi (nyareh ngin anginan) dan mengikat (nale'eh).

Berdasarkan tradisi yang ada sebagian besar masyarakat Madura ikatan lama waktu antara tunangan hingga menikah resmi tergantung pada kesepakatan pihak perempuan. Jika pihak perempuan sudah membalas lamaran pertunangan itu biasanya membawa daun sirih dan pinang sebagai penanda lama tidaknya rencana pernikahan.

"Durasi bhakalan (tunangan) tergantung usia si perempuan. Kalau dalam upacara pertunangan dilihat dari sirih pinang yang merupakan hantaran balesan dari keluarga perempuan," tutur pria yang karib disapa Ra Hasani itu.

Namun kebanyakan jika pertunangan dilakukan sejak kecil ataupun usia dini, mereka tetap menunggu hingga batas usia minimal seorang perempuan boleh menikah. Tidak sedikit dari mereka yang mau menunggu batas usia yang ditentukan pemerintah.

"Kalau buah pinangnya masih muda berarti keinginan pihak perempuan tunangannya lama. Kalau buah pinangnya tua berarti pihak perempuan menginginkan dinikahkan segera," papar Hasani.


(abq/iwd)


Hide Ads