Fenomena siswa SD menyayat lengannya sendiri demi tren di media sosial tengah marak di Situbondo. Tren ini ternyata juga menyasar pelajar SMP. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo buka suara soal tren ini.
Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo, Supiyono mengaku awalnya baru tahu tren ini dari teman-teman media. Lalu, di waktu yang hampir bersamaan, ia menerima laporan dari kepala sekolah yang menemukan fenomena itu di sekolahnya.
"Informasinya memang sudah tertangani yang di sekolah tersebut. Tapi kami tetap akan melakukan langkah-langkah lanjutan," terang Supriyono saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (2/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu langkah yang akan dilakukan pihak Disdikbud adalah dengan menggandeng para korwil di tingkat SD. Lalu menggandeng MKKS (musyawarah kerja kepala sekolah) untuk menangani masalah yang berada di SMP.
"Karena tak menutup kemungkinan fenomena itu juga terjadi pada banyak siswa SD dan SMP lainnya," kata Supiyono.
Disdikbud Situbondo juga akan melibatkan sejumlah pihak untuk menangani tren ini. Termasuk, para orang tua siswa melalui komite yang ada di masing-masing sekolah.
"Kondisi saat ini memang serba repot. Di sekolah mungkin bisa diperketat pemakaian gawai. Tapi saat sudah berada di rumah, mungkin dibebaskan membuka medsos dan lain-lain," ujarnya.
Oleh sebab itu, Supriyono menekankan peran semua pihak dalam pengawasan anak untuk membuka gawai harus benar-benar terintegrasi. Pun juga pengawasan anak dalam bermedsos.
(hil/fat)